Keluarga Alumni Mahawarman dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Resimen Mahasiswa (Menwa) IPB University melakukan konsolidasi dan mengambil peran dengan berkontribusi lewat berbagi pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu mulai bulan Mei dan selanjutnya, akan digelar serangkaian diskusi online bertajuk Bincang Mahawarman IPB University (BMI). Pada episode perdana BMI dibahas tema “Membangun Kepedulian Sesama di Tengah Krisis COVID-19”.Diskusi yang berlangsung menggunakan platform Zoom Meeting ini dibuka oleh Prof Soemardjo yang aktif sebagai Pembina Menwa Mahawarman IPB University. Menurutnya, sebagai alumni IPB University khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya, kita perlu kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan dengan cara antisipatif.“Penting juga untuk melihat peluang ide kreatif dalam upaya menanggapi tantangan. Terutama untuk kembali membangun ketahanan di kelompok masyarakat kelas bawah dan bersiap untuk perubahan yang berpotensi menimbulkan ancaman sosial ekonomi dan budaya, sekalipun krisis bermula dari bencana di bidang kesehatan,” ujar dosen IPB University dari Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (SKPM) yang juga menjabat sebagai Kepala Pusat Studi Resolusi Konflik dan Pemberdayaan Masyarakat (CARE), Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University.Sementara itu, pada paparannya Syamsul B. Agust, dosen IPB University dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) yang juga aktif di Pusat Studi Bencana IPB University, menyampaikan bahwa situasi kebencanaan sejatinya sangatlah dekat dengan kehidupan bangsa kita dari masa ke masa. “Sayangnya belum cukup upaya untuk menjadikan manajemen kebencanaan sebagai bagian inti dalam pendidikan formal di Indonesia. Ketika berhadapan dengan keharusan tanggap bencana seringnya kita gagal untuk beradaptasi dan bersikap antisipatif. Kita butuh keterampilan dan tools untuk melakukan asesmen, terutama untuk mengukur kerentanan dan ketangguhan dalam berhadapan dengan situasi tanggap bencana. Sehingga upaya antisipasi dan adaptasi dapat dikerjakan dengan efektif dan efisien di seluruh pelosok tanah air,” ujarnya.Menurutnya, perlu juga untuk merekonstruksi nilai-nilai baru agar dapat lebih tangguh menghadapi bencana di tanah air. Di samping itu tata kelola data melalui sistem big data dan pengembangan teknologi komunikasi dalam wujud Smart Disaster 4.0 juga diperlukan. Ini untuk membantu dalam Disaster Risk Management secara lebih menyeluruh dan inklusif. Disaster Risk Management menuntut institusi dan lembaga kebencanaan memiliki kinerja lebih efektif dan efisien.Sementara itu Agoes Soesilo, pengurus Aksi Relawan Mandiri (ARM) Himpunan Alumni (HA) IPB University yang juga trainer dan penulis buku pengembangan SDM, menyatakan bahwa untuk menjadi relawan dan mengerjakan upaya tanggap bencana, dibutuhkan daya dukung banyak sistem terutama rapid asesmen kebencanaan. Terutama terkait kebutuhan para penyintas. Tidak selamanya apa yang dipikir sebagai kebutuhan oleh relawan, akan sesuai kebutuhan nyata para penyintas. “Selain daya dukung sistem, ada syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi relawan sebelum masuk ke lokasi bencana. Antara lain perlu kesiapan, kepekaan dan kesadaran akan situasi yang sedang dihadapi. Terutama kesiapan relawan untuk memotivasi dan membantu memulihkan kondisi baik secara materi, fisik, dan psikologis bagi para penyintas,” ujarnya.Dikatakan, pada situasi Pandemi COVID-19, ARM membantu warga terkait pangan, finansial, data internet, menghidupkan usaha kecil dan menengah (UKM) dan membangun Crisis Center. Bermodalkan nilai kegotongroyongan, Crisis Center bisa dibangun oleh komunitas apa saja dan di mana saja, termasuk di lingkungan kita sendiri.“Semangat terbesarnya adalah berbagi dan memberdayakan. Strategi untuk menggugah agar mau membantu menurutnya, selama ini yang dilakukan ARM adalah lewat story telling, dokumentasi kegiatan, edukasi, literasi dan program kegiatan nyata. Sejatinya kita punya banyak kemampuan untuk membantu siapapun dengan cara apapun. Semua sangat tergantung dengan kepedulian kita pada sesama,” ujarnya.Kegiatan Bincang Mahawarman Seri-1 dapat berjalan dengan baik dan diikuti oleh berbagai kalangan pemerintah, swasta dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) dari jabodetabek, Sumatra, kepulauan Riau dan Kalimantan dengan total peserta yang hadir 46 orang dari 62 peserta yang mendaftar.“Selain masyarakat umum, kegiatan ini juga diiuti oleh kalangan akademisi baik dosen maupun mahasiswa dari IPB University, Universitas Djuanda, Universitas Pakuan dan Universitas Mulawarman,” ujar Roni Fitrianto selaku Ketua Pelaksana sekaligus Alumni Resimen Mahasiswa Mahawarman tahun 1997. (**/Zul)
Keyword: Menwa, IPB University, COVID-19, ARM HA, dosen IPBSumber berita https://kumparan.com
Rekaman Kegiatan dapat dilihat pada link berikut :
1. Rekaman 1 : Presentasi Pak Syamsul Bahri Agus https://www.youtube.com/watch?v=fgKm_qNZKls
2. Rekaman 2 : Presentasi Pak Agoes Susilo JP https://www.youtube.com/watch?v=w7P9YVd0gZc&t=8s
3. Rekaman 3 : Sessi tanya jawab https://www.youtube.com/watch?v=b_xi5ASId0o&t=97s