Penulis : Raden Ridwan Hasan Saputra
Penulis adalah Alumni Menwa IPB, Pendiri dan Presiden Direktur Klinik Pendidikan MIPA (KPM), juga pelatih Olimpiade Matematika Internasional.
Bogorplus.com – Pertanyaan ini tentu saja menggelitik bagi TNI juga bagi masyarakat
yang peduli dengan TNI, tetapi jawaban dari pertanyaan ini bukan hanya
menggelitik tapi bisa hal yang sangat serius bagi TNI. Jawaban dari
pertanyaan ini bisa dilakukan dengan cara survey yaitu mewawancarai para responden tentang masalah kecintaan mereka terhadap TNI. Saya mencoba mencari jawaban dari pertanyaan ini dengan menggunakan Matematika Tanpa Angka. Walaupun jawabannya mungkin tidak akurat tetapi jawaban ini akan menjadi bahan perenungan bagi TNI.
Sebelum saya mencoba menjawab pertanyaan ini dengan menggunakan Matematika Tanpa Angka, saya ingin mengingatkan pesan Panglima Besar Sudirman di Jogjakarta pada tanggal 1 Januari 1946, “Tentara
bukan merupakan satu golongan di luar masyarakat, bukan satu kasta yang
berdiri di atas masyarakat, tentara tidak lain dan tidak lebih dari
salah satu bagian masyarakat yang mempunyai kewajiban tertentu”.
Berdasarkan pesan beliau ini, saya mengambil kesimpulan bahwa TNI
adalah bagian dari masyarakat atau bisa dikatakan TNI adalah bagian dari
rakyat Indonesia.
Makna Slogan : Bersama Rakyat, TNI Kuat, Hebat dan Profesional
Menjelang peringatan hari Ulang Tahun ke-70 Tentara Nasional Indonesia kita sering melihat slogan yang bertulisan Bersama Rakyat, TNI Kuat, Hebat dan Profesional (Bersama
Rakyat TNI Semakin Kuat, Hebat, Prefesional, Siap Mewujudkan Indonesia
yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian).Jika kita renungkan makna
kata Bersama Rakyat, maka hal ini bisa dimaknai Rakyat sebagai pihak pertama dan TNI sebagai pihak kedua. Jika ditelaah lebih jauh berarti TNI dengan rakyat merupakan dua pihak yang berbeda. Jika direnungkan lebih mendalam slogan Bersama Rakyat, TNI Kuat, Hebat dan Profesionalbertentangan dengan pesan Panglima Besar Sudirman di Jogjakarta pada 1 Januari 1946, karena seperti terjadi dikotomi antara sipil dan militer. Jika dilihat dari teori himpunan, Menurut pesan Panglima Besar Sudirman, TNI adalah himpunan bagian dari rakyat Indonesia atau TNI adalah bagian dari Rakyat Indonesia.
Sedangkan dari Pesan Slogan di atas, Rakyat (sipil) dan TNI (militer)
adalah dua himpunan yang terpisah, dan TNI ingin bersama atau ingin
membuat irisan dengan rakyat. Logikanya TNI akan kuat ketika irisan itu
semakin besar sehingga TNI harus membuat berbagai irisan atau kerjasama
dengan elemen-elemen yang ada di dalam rakyat.
Berdasarkan
slogan TNI tersebut, TNI penting untuk tahu apakah rakyat mencintai TNI
atau tidak? karena jika Rakyat tidak mencintai TNI maka tidak mungkin
rakyat akan bersama dengan TNI. Jika rakyat tidak bersama TNI, sangat sulit
TNI untuk kuat, hebat dan profesional. Kenapa saya katakan sulit bukan
tidak mungkin, karena berdasarkan logika matematika pada kaidah
silogisme dari pernyataan slogan tersebut. TNI masih mungkin untuk bisa kuat, hebat dan profesional tanpa rakyat. Misalnya ketika TNI bekerjasama dengan pihak tertentu yang bukan bagian dari rakyat
sehingga TNI mendapat bantuan dana yang sangat besar yang membuat TNI
bisa membeli Alutsista, mendanai latihan, membuatkan perumahan untuk
anggota TNI atau mensejahterakan anggota TNI. Tentunya
TNI akan bisa menjadi kuat, hebat dan profesional tanpa bantuan rakyat.
Hanya pada saat itu TNI bukan lagi tentara seperti yang disampaikan
panglima TNI.
Anggaran TNI yang minim, bisa jadi “bumerang” bagi Negara ?
Mari kita renungkan pesan dari Panglima Besar Sudirman di Yogyakarta pada tanggal 5 Oktober 1949: “Pelihara
TNI, pelihara angkatan perang kita, jangan sampai TNI dikuasai oleh
partai politik manapun juga. Ingatlah, prajurit kita bukanlan prajurit
sewaan, bukan prajurit yang mudah dibelokkan haluannya, kita masuk dalam
tentara, karena keinsyafan jiwa dan sedia berkorban bagi bangsa dan
negara”. Tugas memelihara TNI adalah tugas seluruh rakyat
Indonesia, secara teknis beban ini ada di pundak Panglima TNI. Beban ini
bukanlah beban yang ringan, sebab Panglima TNI harus bisa memelihara
TNI dengan anggaran minim yang diberikan negara. Panglima TNI harus
memikirkan kesejahteraan Prajurit dan memikirkan kekuatan persenjataan
TNI yang harus memenuhi Minimum Essential Force (MEF). Sehingga hal yang
wajar jika Panglima TNI harus merangkul berbagai elemen masyarakat,
seperti konglomerat, para pemuka agama, tokoh pendidikan, relawan simpatisan dan lainnya yang dapat bekerjasama dengan ikhlas. Konglomerat bisa membantu meningkatkan kesejahteraan prajurit terutama dalam memperbaiki kondisi perumahan prajurit yang kondisinya memprihatinkan. Konglomerat juga bisa membantu TNI melaksanakan berbagai kegiatan seperti perayaan HUT TNI. Para Pemuka agama
bisa memberikan siraman rohani agar prajurit bisa lebih sabar dengan
kondisi yang ada. Tokoh pendidikan, relawan simpatisan dan komponen
masyarakat lainnya diharapkan dengan ikhlas dapat memberikan kontribusi
positif dalam membangun sinergitas / gotong royong antar TNI-Rakyat.
Seharusnya
negara bisamemberikan anggaran jauh lebih besar kepada TNI, terutama
peningkatan signifikan bagi kesejahteraan prajurit dan keluarganya, yang
dimana APBN 2015 saat ini hanya menganggarkan Rp. 96,9 Triliun (kalau
tidak salah), itupun sudah semua aspek termasuk pengadaan Alutsista. Pemenuhuan
anggaran dimaksud supaya TNI bisa memenuhi kebutuhannya tanpa harus
membuka potensi adanya intervensi halus karena ada “bantuan” dari pihak
lain. Agar TNI tidak menjadi alat suatu golongan atau siapapun juga
dan TNI tidak mudah dibelokkan oleh kepentingan apapun juga. Sangatlah
salah jika Negara dalam hal ini Pemerintah dan DPR, berpikir karena
dalam kondisi damai maka anggaran untuk TNI tidak perlu besar. Jika
kesejahteraan anggota TNI tidak terpenuhi maka akan banyak anggota TNI
mencari penghasilan tambahan, yang menyebabkan anggota TNI tidak fokus
lagi dengan tugas pokoknya. Bisa jadi kesetiaan anggota TNI menjadi
terbelah antara kepada negara dan kepada yang bisa memberi penghasilan
tambahan. Kesetian yang terbelah itu bisa jadi akan menyakiti rakyat
ketika TNI harus membela orang atau perusahaan yang memberi penghasilan
tambahan, sehingga TNI bisa tidak dicintai rakyat . Kondisi ini akan sangat membahayakan Negara di masa depan.
Multifungsi TNI karena TNI adalah Kita !
Ketika jaman Orde baru kita mengenal istilah Dwifungsi ABRI,
tetapi sekarang istilah ini terkubur seiring dengan berakhirnya orde
baru. Menurut saya Dwifungsi ABRI adalah konsep yang bagus untuk
Indonesia, karena TNI berbeda dengan tentara-tentara di negara lain. TNI
adalah tentara rakyat, TNI tidak lain dan tidak lebih dari salah satu
bagian masyarakat yang mempunyai kewajiban tertentu. Kewajiban di sini
adalah mempertahankan kedaulatan negara dan menjaga keselamatannya.
Mempertahankan kedaulatan negara dan menjaga keselamatannya ketika masa
damai tidak kalah penting dibanding ketika masa perang. Malah untuk
kondisi sekarang jauh lebih penting, karena banyak negara menjadi tidak berdaulat dan hancur tanpa melalui jalur peperangan militer.
Saat ini sepertinya ada gerakan yang sedang menjauhkan TNI dengan rakyat. Seperti Partai Komunis Indonesia tentu sangat menginginkan TNI terpisah dengan rakyat.
Tujuannya adalah agar TNI lemah dan rakyat pun akan lemah. Pada kondisi
sekarang negara seharusnya bukan hanya menghidupkan kembali Dwifungsi
malah harus menumbuhkan Multifungsi TNI dimana TNI terlibat dalam kegiatan-kegiatan non militer
dalam rangka menyelamatkan negara. Negara harus memfasilitasi TNI agar
bisa terlibat di berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara.
Negara harus memfasilitasi TNI bekerjasama dengan berbagai Kementerian.
Misalnya dengan Kementerian Pendidikan dan kebudayaan, seperti yang
sudah terjadi, TNI bisa terlibat menjadi guru di daerah perbatasan,
merenovasi bangunan-bangunan sekolah dan membuat Kampung Matematika.
Dengan Kementerian Pertanian, TNI membuka lahan-lahan tidur di
daerah-daerah perbatasan untuk menjadi lahan pertanian. Dengan
kementerian pekerjaan umum, TNI membuat jalan-jalan bagus di perbatasan.
Dengan BUMN, TNI bisa mengirimkan anggotanya untuk bekerja di
Perusahaan milik negara yang
tempatnya di negara yang sedang terlibat konflik. Anggota TNI pun bisa
ditempatkan di berbagai posisi di berbagai kementerian jika kementerian
tersebut membutuhkan peran TNI. Rakyat tidak perlu khawatir dengan Multifungsi TNI akan
menyingkirkan peran komponen bangsa yang lain. Hal ini karena fungsi
TNI di berbagai bidang tersebut lebih kepada menyelamatkan negara di
berbagai bidang. Hal yang harus dipahami juga TNI adalah bagian dari rakyat sehingga tidak perlu dipermasalahkan TNI ada di berbagai bidang karena TNI adalah Kita.
Penutup
Bagaimana kesimpulan jawaban dari pertanyaan, “Menghitung” Apakah TNI dicintai Rakyat ? Menurut saya pertanyaan tersebut tidak perlu dijawab, jika kita sepakat TNI adalah bagian dari rakyat atau kita berpikir TNI adalah Kita.
Menjadikan TNI adalah Kita akan membuat kita mencintai TNI apa adanya,
karena tidak mungkin jika kita tidak mencintai diri kita sendiri.
Tetapi, jika ada pernyataan, Apakah Bersama Rakyat TNI kuat, Hebat dan Profesional ? Maka akan timbul pertanyaan, Apakah saat ini TNI bersama Rakyat? Sehingga akan timbul pertanyaan lanjutan, Apakah TNI dicintai Rakyat? Kedua pertanyaan tersebut muncul sebagai konsekuensi logis dari pernyataan “Apakah Bersama Rakyat TNI kuat, Hebat dan Profesional ?” tadi.
Jawaban pertanyaan-pertanyaan itu akan menunjukkan kondisi TNI saat ini, apakah dalam keadaan kuat atau tidak. Walaupun
dengan berbagai keterbatasan yang diberikan negara, semoga TNI tetap
menjadi bagian dari rakyat dan jangan sampai TNI menjadi alat dari
partai politik, golongan tertentu atau perseorangan.
Selamat Milad TNI ke 70 tahun, Jayalah Selalu Bersama Rakyat dan Tanah Air Indonesia !!!
Bogor, 5 Oktober 2015
Sumber : Bogorplus
0 komentar:
Posting Komentar