• Rapat Kerja Nasional Korps Menwa Indonesia
  • Rakernas Korps Menwa Indonesia diadakan pada 14-16 Agustus 2015 bertempat di Cipayung - Bogor

  • Sepeda Santai Keluarga Mahawarman IPB
  • Gowes sepeda santai Keluarga Mahawarman IPB di Kampus IPB Darmaga Bogor tgl 22 Mei 2016

    Photo Session Temu Alumni

    Dokumentasi foto Alumni dan Keluarga yang hadir pada Temu Alumni Korps Menwa IPB di Kebun Raya Bogor 1 Agustus 2015

    Demo ketangkasan bongkar pasang Senapan SS1

    Demo ketangkasan bongkar pasang senjata Senapan SS1 dalam Masa perkenalam Mahasiswa Baru (MPKMB)Diploma IPB tgl 29 Agustus 2015 di Kampus IPB Baranangsiang - Bogor.

    Terbentuknya Keluarga Mahawarman IPB

    Pada Rapat Korps tanggal 15 Mei 2016 telah disepakati terbentuknya organisasi "Keluarga Mahawarman IPB" sebagai wadah persatuan dan silaturahmi seluruh alumni Mahawarman IPB

    Kamis, 24 September 2015

    Penjual Telor (Joke)



    Di sebuah pasar tradisional.
    Pembeli: “Mas, telornya berapa sekilo?”
    Penjual: “Telor ayam atau telor bebek?”
    Pembeli: “Telor ayam.”
    Penjual: “Telor ayam biasa atau ayam kampung?”

    Kamis, 10 September 2015

    Renungan Untuk Pendidikan Nasional : Mampukah NKRI Bertahan Hingga 29 Tahun Lagi ?

     
    Oleh : Raden Ridwan Hasan Saputra

    (Penulis adalah Wakil Ketua Korps Menwa IPB, Pendiri dan Presiden Direktur Klinik Pendidikan MIPA (KPM), juga pelatih Olimpiade Matematika Internasional) 

    Bogorplus.com – Pada awal bulan September 2015 yang menjadi trending topik media mainstream di Indonesia adalah berita dan polemik berubahnya posisi jabatan Bapak Komjen Budi Waseso dari Kabareskrim menjadi Kepala BNN. Lalu ada juga berita dan polemik berpindahnya Partai Amanat Nasional dari KMP ke KIH. Malah yang saat ini sedang hangat dibicarakan di akhir pekan adalah tentang kehadiran Ketua DPR RI Bapak Setya Novanto dan Wakil Ketua DPR RI Bapak Fadli Zon dalam acara Donald Trump (sosok yang berminat menjadi kandidat Presiden Amerika dari Partai Republik). Para pengamat banyak memberikan komentar dan analisa dengan tiga kejadian tersebut dan para pengguna sosial media pun memberikan komentar, baik komentar kecewa atau pun komentar gembira sesuai dengan taraf berpikir dan kepentingan masing-masing pengguna sosial media.

    Ada dua kejadian lain pula pada awal September 2015 ini, yang seharusnya layak menjadi trending topik dan lebih penting untuk dijadikan topik dibandingkan dengan ketiga hal yang saya sebutkan pada paragraph pendahuluan dan harus segera dicarikan solusinya. Dua kejadian di minggu lalu tersebut Pertama adalah tentang seorang bocah berumur 13 tahun di daerah Bandung, membunuh mantan kekasihnya yang masih pelajar SMP, karena masalah cemburu. Serta yang kedua, di daerah Bogor, 7 pelajar SMP yang masih kategori di bawah umur, telah “bergotong-royong” memperkosa siswi SMP yang merupakan teman sekolahnya. Kedua berita ini dan mungkin ada banyak berita lain yang berhubungan dengan rusaknya moral generasi muda kita, kadang berlalu begitu saja. Sehingga, faktanya kejadian terus berulang, samapai kepada tingkatan jenis dan bentuk kejadian-kejadian yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya akan terjadi. Sesungguhnya ini adalah masalah besar, karena menyangkut generasi muda dan menyangkut masa depan bangsa.

    Media Mainstream harus dikontrol oleh pemerintah
    Jika kita renungkan, para pemimpin negeri yang sedang manggung saat ini, yang dianggap “bermasalah” menurut banyak kalangan di dalam negeri, tentu perilaku masa kecilnya tidaklah “sebermasalah” generasi muda yang melakukan kejahatan-kejahatan di atas. Narkoba, Sex Bebas, Tawuran, Pemerkosaan/Pencabulan, bahkan Pembunuhan, yang seolah-olah kini sudah menjadi hal yang biasa di kalangan generasi muda saat ini. Hal ini menunjukan kerusakan moral yang telah terjadi saat ini, berlangsung secara masif di seluruh wilayah Indonesia serta menyentuh berbagai kalangan. Penyebaran yang masif ini diantaranya akibat pengaruh media, baik TV maupun Online. Jika kondisi ini tidak berubah, hampir bisa dipastikan nama Republik Indonesia akan hilang dari peta negara-negara di dunia, karena generasi muda Indonesia telah hancur lewat kerusakan moral.

    Mari kita renungkan, Jika masalah pada paragraf pertama menjadi trending topik, maka masyarakat hanya berperan sebagai penonton dan komentator. Tetapi jika masalah pada paragraf kedua menjadi trending topik, maka sudah seharusnya masyarakat bisa mendapat solusi, yang bisa langsung dipraktekkan untuk memastikan agar hal serupa seperti hal-hal tersebut tidak lagi terjadi. Kemampuan masyarakat untuk mencegah tindakan negatif dari generasi muda tentu akan bermanfaat bagi perbaikan negara. Seharusnya pemerintah bisa mengatur media mainstream untuk lebih mengedepankan topik atau berita yang bermanfaat, karena pendidikan akhlak generasi muda juga tanggung jawab pemerintah.

    Pendidikan Karakter Yang Melupakan Tuntunan Dan Tanpa Sosok Panutan.
    Sejak digulirkan pendidikan nasional yang berbasis karakter, yang dirasakan saat ini karakter generasi muda bukannya semakin baik, malah semakin menunjukkan karakter yang tidak jelas. Hal ini karena Pendidikan Karakter saat ini tidak menggunakan tuntunan yang jelas. Pendidikan kita sudah mulai melupakan nilai-nilai dari Empat Konsensus Dasar Bangsa yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pelajar saat ini tidak memahami nilai-nilai Empat Konsensus Dasar Bangsa tersebut, apalagi secara sistematis mempraktekkan. Hal yang menyedihkan adalah, saat ini guru-guru hanya sebagai penyampai nilai-nilai dari karakter bangsa, tanpa berusaha menjadikan dirinya sosok panutan. Hal yang lebih menyedihkan, di masyarakat kenyataan mengajarkan yang namanya karakter tidak begitu penting dalam mencapai kesuksesan. Sehingga, orang yang suka bicara kasar bisa jadi kepala daerah, orang yang bertato bisa jadi pejabat, orang yang suka mabuk-mabukan bisa jadi aparat, dan lain sebagainya. Begitu sangat permisif kondisi saat ini. Bisa jadi, inilah salah satu penyebab kegagalan pendidikan karakter di Indonesia, yaitu para pelajar kita tidak mempunyai model manusia atau sosok panutan yang bisa dijadikan contoh sebagai manusia Indonesia seutuhnya yang berkarakter Indonesia.

    Solusi yang saya tawarkan untuk pendidikan karakter mengacu pada Pancasila, Sila Pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Bentuknya adalah kita kembalikan pendidikan karakter sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Misalnya masyarakat yang beragama Islam menggunakan Al Qur’an dan Hadits Nabi sebagai tuntunan, sedangkan untuk agama lain silahkan menggunakan kitab sucinya masing-masing. Begitu juga untuk sosok panutan disesuaikan dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Di agama Islam menggunakan Nabi Muhammad SAW sebagai sosok panutan, dan di Agama lain silahkan menggunakan sosok yang ada di agamanya masing-masing. Sosok panutan itu penting karena ini yang akan dicapai sebagai target pendidikan karakter. Oleh karena itu penambahan jam pelajaran agama dan sejarah harus segera di lakukan. Penambahan jam pelajaran sejarah perlu ditambah, karena sosok panutan itu pasti terkait sejarah.

    Perlunya Mengkaji Ulang Semboyan Tut Wuri Handyani
    Ing Ngarso Sun Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani (Di depan memberi teladan, di tengah memberi bimbingan, di belakang memberi dorongan). Sepertinya, banyak pendidik yang lupa akan semboyan ini. semboyan yang dibuat oleh Ki Hajar Dewantara, Menteri pendidikan Pertama dan juga pendiri sekolah Taman Siswa.
     
    Sebelum masa kemerdekaan ada dua lembaga pendidikan yang memperjuangkan warga pribumi. Lembaga pendidikan tersebut adalah sekolah Muhammadiyah dan Pondok Pesantren yang berbasis Nahdlatul Ulama. Kita harus mengakui jika lembaga pendidikan yang berbasis Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama saat ini ternyata jauh lebih berkembang dari sisi kualitas maupun kuantitas dibandingkan sekolah Taman Siswa yang didirikan Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau Ki Hajar Dewantara. Oleh karena itu perlu kiranya secara jujur kita harus mengakui bahwa ada filosofis atau semboyan yang bagus dari lembaga pendidikan di bawah organisasi yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim As’ari.

    Agar pendidikan nasional Indonesia lebih baik, selain kembali diingatkan makna dari semboyan pendidikan Ki Hajar Dewantara, tidak ada salahnya kita menambahkan filosofis atau semboyan Pendidikan Nasional Indonesia dengan filosofis yang ada di sekolah Muhammadiyah, Pesantren berbasis NU atau sekolah Katolik yang berumur lebih dari 100 tahun, ataupun sekolah ajaran agama lainnya yang sudah cukup tua usia dan pengalamannya. Sehingga, pendidikan nasional menjadi lebih baik karena menggunakan filosofis sekolah-sekolah yang terbukti memperbaiki zaman. Di Republik Indonesia ini, kita tidak boleh mengubah empat Konsensus Dasar Bangsa (Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI), tetapi tidak ada larangan jika kita menambahkan filosofis atau semboyan Pendidikan Nasional, tidak hanya Tut Wuri Handayani. Karena telah terbukti ada banyak lembaga pendidikan yang didirikan oleh Pribumi yang mampu bertahan dan berkembang sampai sekarang yang patut dijadikan contoh juga. Selain itu sesungguhnya pun, sebagai falsafah Tut Wuri Handayani, tidak dapat berdiri sendiri. Ia harus bersatu-padu sebagai satu kesatuan yang utuh dan tidak terpisahkan dengan Ing Ngarso Sun Tulodho dan Ing Madyo Mangun Karso. Sehingga, akan sangat ideal ketika semboyan yang merupakan filosofis pendidikan nasional adalah perpaduan antara filosofis yang ada di sekolah Muhammadiyah, Pesantren berbasis NU atau sekolah Katolik yang berumur lebih dari 100 tahun, ataupun sekolah ajaran agama lainnya yang sudah cukup tua usia dan pengalamannya dengan Ing Ngarso Sun Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani.

    Pendidikan jangan diotonomi daerahkan tapi tetap ada muatan lokal
    Setelah pendidikan dimasukkan ke dalam era otonomi daerah banyak kemunduran yang terjadi dalam pendidikan nasional. Efek yang terasa dan menjadi awal mula dari kemunduran pendidikan nasional adalah yang menjadi kepala dinas di wilayah provinsi atau kota/kabuten biasanya adalah tim sukses dari kepala daerah tersebut, atau minimal pihak lain yang masih diakui sebagai pihak yang tidak bertentangan dengan kekuasaan yang berlaku. Sehingga, tidak jarang orang yang tidak menguasai masalah pendidikan menjadi Kepala Dinas. Akibatnya banyak program dari pusat menjadi terhambat karena ketidaktahuan kepala dinas dan perekrutan Pendidik dan Tenaga Pendidikan di daerah yang terkadang syarat KKN. Hal ini mengakibatkan semakin menurunnya kualitas pendidikan di daerah sehingga berefek pada menurunnya kualitas Pendidikan Nasional. Kondisinya sudah darurat untuk mengembalikan birokrasi pendidikan kepada Pemerintah Pusat sebagaimana sistem pada TNI-POLRI, jika negeri ini tidak ingin hancur. Ketika sudah dikembalikan ke pusat, pendidikan nasional ini jangan melupakan muatan lokal yang terkait seni budaya, kearifan dan potensi daerah.

    Pendidikan jangan gratis tetapi seikhlasnya
    Pendidikan gratis yang saat ini dibuat pemerintah tidak sepenuhnya berdampak positif. Ada sisi lain yang kurang pas yang dirasakan oleh guru, yaitu terhambatnya kreativitas para guru dalam pengembangan sekolah. Hal ini karena makna sekolah gratis menyebabkan adanya larangan tidak boleh memungut uang dari orang tua siswa sehingga ada protes dari orang tua kalau pihak sekolah memungut uang dari orang tua siswa untuk suatu kegiatan. Padahal ada kegiatan-kegiatan yang tidak tercover oleh dana bantuan dari pemerintah dan kegiatan tersebut penting buat pengembangan peserta didik.

    Saya melihat pendidikan gratis kurang tepat diterapkan. Saya lebih memilih pendidikan menerapkan sistem bayaran seikhlasnya, sesuai kemampuan orang tua siswa. Bagi orang kaya membayar mahal, bagi yag tidak mampu bisa membayar kecil atau gratis. Pendidikan rakyat Indonesia tidak hanya kepentingan negara tetapi juga kepentingan orang tua siswa sebagai keluarga. Sistem pembayaran seikhlasnyanya membudayakan kembali budaya Gotong Royong karenapendidikan adalah kepentingan bersama. Manfaat dari sistem pembayaran seikhlasnya adalah guru tidak ragu lagi untuk berkreasi dalam rangka pengembangan kualitas siswa. Hal yang sangat penting jika dilihat dari sudut sebagai negara, dengan sistem bayaran seikhlasnya akan ada partisipasi masyarakat dalam mendanai pendidikan. Alokasi dana untuk pendidikan bisa berkurang dan dana yang harusnya ke pendidikan digunakan untuk sektor lain seperti kesehatan, infrastruktur dan pertahanan. Khusus untuk pertahanan, jika dananya cukup maka Tentara Nasional Indonesia bisa segara memenuhi Minimum Essensial Force dan memperbaiki kesejahteraan prajurit. Sehingga negara kita akan menjadi negara yang disegani ketika tentaranya kuat dan mempunyai alutsista yang modern.

    Guru di sekolah adalah generasi terbaik bangsa ini
    Berkaca pada negara Finlandia yang dikenal sebagai negara yang termasuk terbaik pendidikannya di dunia, ternyata rahasianya adalah yang menjadi guru di Finlandia adalah orang-orang yang masuk rangking sepuluh besar ketika mereka bersekolah di level SMA. Selanjutnya ketika mereka kuliah di bidang pendidikan orang-orang yang masuk rangking papan atas yang mendapat prioritas menjadi guru. Hal ini sangat sulit sekali terjadi di Indonesia, tetapi hal itu tidak akan pernah terjadi jika kita tidak akan pernah memulainya.

    Saran saya adalah pemerintah membuat sekolah unggulan di tiap daerah (yang dulu bernama RSBI), gedung sekolahnya tetap sama tetapi gurunya yang berbeda. Guru dari sekolah ini diambil dari orang-orang terbaik di perguruan tinggi top Indonesia dan tidak harus jurusan di bidang pendidikan, asal mereka termasuk orang-orang pintar di generasinya. Guru-guru ini diberikan gaji yang cukup sehingga mereka meminati profesi guru. Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah karena rendahnya gaji guru sehingga anak-anak SMA yang pintar di negeri ini enggan untuk kuliah di Perguruan Tinggi yang berbasis Pendidikan karena rata-rata mereka tidak berminat menjadi guru. Secara bertahap pemerintah menambah jumlah sekolah unggulan ditiap daerah dengan tentunya penambahan guru berkualitas, sehingga dengan banyaknya guru yang pensiun lambat laun semua sekolah di Indonesia akan jadi sekolah unggulan karena guru-gurunya orang-orang terpintar di generasinya. Program ini akan lancar jika pendidikan menggunakan Sistem Gotong Royong, dimana orang tua terlibat dalam pembiayaan pendidikan dan cara yang digunakan adalah bayaran seikhlasnya.

    Menteri Pendidikan harus pejabat karir
    Dalam dunia Pendidikan di indonesia ada istilah ganti menteri, maka akan ganti kurikulum. Hal ini akan menimbulkan dampak yang kurang baik bagi pendidikan di Indonesia, sehingga belum tuntas para guru memahami kurikulum yang diajarkan, para guru harus memahami kurikulum baru karena menteri yang menginginkan ada kurikulum baru. Agar hal tersebut tidak terjadi maka menteri pendidikan haruslah pejabat karir di kementerian pendidikan, sehingga menteri yang baru hanya tinggal melanjutkan program-program menteri lama sesuai dengan amanat Undang-Undang. Jika hal ini dilakukan perubahan kurikulum tidak akan sering terjadi karena menteri yang baru akan pada program-program lain yang lebih penting. Hal yang sangat perlu segera dilakukan, Kementerian Pendidikan harus mengundang kader-kader terbaik di daerah untuk bisa bekerja di pusat, sehingga proses regenerasi di kementerian Pendidikan bisa berjalan lancar. Sehingga kementerian pendidikan tidak kekurangan calon menteri pendidikan yang handal.

    Pendidikan nasional bukan hanya tanggung jawab kementerian pendidikan
    Pendidikan nasional harus menjadi tanggung jawab semua kementerian dan kementerian pendidikan sebagai ujung tombaknya. Oleh karena itu harus ada peran berbagai kementerian dalam rangka mempersiapkan generasi muda Indonesia menjadi lebih baik. Oleh karena itu harus ada jadwal dari berbagai kementerian ke sekolah untuk melakukan penyuluhan mengenai hal-hal yang berguna bagi siswa. Misalnya dari kementerian kesehatan melakukan penyuluhan bagaimana menjaga kesehatan diri dan lingkungan, dari kepolisian untuk mengajarkan tertib berlalu lintas, dari TNI mengajarkan bela negara, dari kementerian Hukum dan Ham bagaimana agar taat hukum dll.

    Perlunya semua warga negara mendapatkan Pendidikan Militer
    Pendidikan militer (dalam konteks Bela Negara) sangat baik untuk menanamkan rasa cinta tanah air dan semangat bela negara serta memperbaiki kondisi fisik generasi muda. Di pendidikan militer ini bisa ditanamkan kembali budaya bangsa yang mulai luntur seperti Gotong Royong, toleransi antar umat beragama dll. Di Pendidikan militer bisa ditanamkan pada generasi muda untuk menghindari hal-hal yang bisa mengakibatkan kerusakan moral seperti Narkoba, Sex Bebas dan tawuran. Pendidikan militer bisa dilakukan selama 1 bulan setelah anak lulus SMA. Pendidikan militer ini bisa menjadi persyaratan untuk kuliah atau untuk mencari pekerjaan. Dulu indonesia ditakuti negara lain, karena jika Indonesia diserang maka seluruh rakyat akan melawan, tapi saat ini saya tidak yakin kalau Indonesia diserang rakyat akan bantu melawan.

    Rezeki haram membuat anak sulit di atur.

    Untuk membentuk suatu generasi yang baik selain diperhatikan pendidikan juga perlu diperhatikan apa yang dimakannya. Apakah makanan yang dimakannya bergizi atau tidak? apakah cara mendapatkan makananya halal atau tidak. Masalah cara mendapatkan makananya halal atau tidak, biasanya kurang diperhatikan oleh orang tua. Padahal makanan yang diperoleh dengan cara yang tidak halal akan berakibat tidak baik bagi kesehatan tubuh dan kesehatan psikis. Banyak contoh di sekeliling kita, orang-orang yang terindikasi memperoleh harta dengan cara-cara yang tidak halal, misalnya melalui korupsi, mencuri, rentenir dan sebagainya, biasanya anak-anaknya tidak menjadi manusia-manusia yang sukses. Hal ini karena ketika cara mendapatkan makanannya tidak halal maka tidak berkah, ketika tidak ada keberkahan maka sulit manusia mendapatkan kesuksesan. Sebagai pengelola negara, pemerintah wajib mencegah warga negara mendapatkan rezeki tidak halal. Oleh karena itu pemerintah harus mencegah terjadi berbagai kejahatan seperti korupsi, pencurian, penggelapan, pencucian uang, dan seluruh kejahatan yang terkait dengan uang dan ekonomi. Hal yang tidak kalah pentingnya pemerintah harus menghilangkan Riba. Oleh karena itu perbanyaklah transaksi di bank yang tidak memakai sistem riba yaitu Bank Syariah.
     
    Analisa kenapa umur NKRI dapat berkurang hingga tinggal 29 tahun lagi
    Analisa ini bukanlah perkiraan dukun, mistis, maupun berurusan dengan rahasia langit. Analisa ini adalah penilaian secara matematis terhadap fenomena rusaknya generasi muda, yang merupakan gejala dari akan hancurnya NKRI. Alasan kenapa umur NKRI kurang dari 29 tahun lagi adalah dari analisa melihat perkembangan kerusakan generasi muda saat ini. Indonesia akan hilang jika dua generasinya rusak. Jika asumsi satu generasi 25 tahun maka Indonesia akan hancur dalam waktu 50 tahun. Kapan batas awal dari 50 tahun tersebut? saya melihat Indonesia mulai rusak ketika digulirkannya otonomi daerah di tahun 2000. Di tahun itu, saya mengasumsikan ada generasi muda yang awal masuk sekolah, yang sudah mulai tidak kenal empat konsensus dasar bangsa dan sudah mulai melupakan karakter bangsa. Jika asumsi siswa masuk umur 6 tahun maka rata-rata mereka lahir di tahun 1994. Maka tahun awalnya generasi tersebut adalah 1994. Jika 1994 ditambah 50 maka diperoleh tahun 2044. Jika diasumsikan tahun 2044 Indonesia hancur. Jika dihitung dari tahun 2015 maka umur NKRI tidak akan lebih dari 29 tahun lagi.

    Tulisan ini saya buat agar kita bisa mencegah hal itu terjadi supaya umur NKRI bisa lebih panjang. Saya berharap ide-ide perbaikan pendidikan generasi muda yang dituliskan ini bisa diperhatikan oleh para pemangku kepentingan, agar Indonesia bisa menjadi jauh lebih baik, yaitu supaya prediksi / keraguan saya seperti judul di atas tidak terjadi. Umur adalah kewenangan Allah, Tuhan Maha Kuasa dan Maha Pencipta, tetapi sebagai hamba Nya, bangsa ini wajib berusaha dan berdo’a agar umur NKRI adalah umur panjang dan unur yang Barak Allah.

    Jika diberi umur panjang saya ingin merayakan HUT RI yang ke-100, dan perayaan HUT RI seterusnya.

    Yaa Allah, aku sudah sampaikan apa yang aku tahu.

    Solo, 6 Mei 2015

    Selasa, 08 September 2015

    Danrem 084/Bhaskara Jaya Prakarsai Permainan Matematika Bela Negara


    Bogorplus.com – Komandan Resort Militer (Danrem) 084/Bhaskara Jaya, Surabaya memprakarsai sebuah permainan matematika yang dikenal dengan permainan matematika bela negara.

    Kepala Seksi Teritorial (Kasiter) Korem 084/Bhaskara Jaya, Letkol Arh. Maryono menjelaskan, permainan matematika bela negara terlahir dari ide Danrem 084/Bhaskara Jaya  Kolonel Muhammad Nur Rahmad.

    Senin, 07 September 2015

    Pameran dan Demo Keterampilan UKM Resimen Mahasiswa Kompi-A / IPB


    Resimen Mahasiswa Kompi-A / IPB melakukan pameran dan unjuk kebolehan dengan demonstrasi Bongkar Pasang Senapan SS1 dan Aktraksi Lempar Pisau.  Kegiatan ini dilakukan pada kegiatan pengenalan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) IPB pada acara Masa Perkenalan Mahasiswa Baru (MPKMB) bagi mahasiswa program Sarjana angkatan 52 tanggal 5-6 September 2015.  

    Video atraksi Bongkar Pasang Senapan SS1 dan Lempar Pisau tersebut dapat dilihat di :
    https://youtu.be/4ibW0-I7W7k


    Jumat, 04 September 2015

    Prabowo Soal Penculikan Aktivis dan Soeharto


    Penulis : Uni Z. Lubis
    Sumber :  http://unilubis.com -

    Tujuh belas tahun setelah reformasi, kasus hilangnya 13 aktivis masih misteri. Yang dituduh, pernah melenggang bebas jadi cawapres dan capres. Benarkah Prabowo jalan sendiri?



    Prabowo Subianto saat mengabdi sebagai prajurit TNI. (Sumber foto: Facebook Prabowo Subianto)

    Hari ini, 30 Agustus, dunia memperingati Hari Orang Hilang. Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) memperingatinya dengan mengingatkan kembali utang negara dan pemerintah atas kasus hilangnya 13 aktivis pro reformasi, pada tahun 1998.

    Kamis, 03 September 2015

    Sandi dalam Komunikasi Radio




    SANDI ANGKA
    1-1 : Hubungi per telepon
    1-4 : Ingin bicara diudara (langsung)
    3-3 : Penerimaan sangat jelek
    3-3L : Kecelakaan korban luka
    3-3M : Kecelakaan korban material
    3-3K : Kecelakaan korban meninggal
    3-3KA : Kecelakaan kereta api
    3-4-K : Kecelakaan, korban meninggal, pelaku melarikandiri
    4-4 : Penerimaan kurang jelas
    5-5 : Penerimaan baik/sehat

    Album Menwa IPB 6


    Album Kenangan Menwa IPB 6


    Foto 127. Para Casis Menwa IPB siap mengikuti Diklatsarmil di Dodik Belanegara, Cikole -Lembang


    Foto 128. Foto selepas upacara di Lapangan Rektorat IPB, ki-ka : Komandan Batalyon VII/SK Mahesa Yodhabrata, Rektor IPB Prof. Dr. Hery Suhardiyanto, M.Sc dan Komandan Menwa IPB tahun 2009 Rahmat Suheri Lubis


    Foto 129. Siswi Indira terharu akhirnya berhasil menyelesaikan pendidikan walaupun dengan kaki lecet-lecet.
     

    Rabu, 02 September 2015

    Strategi Menyelesaikan Masalah Ekonomi Indonesia Menurut Orang Awam


    Penulis : Raden Ridwan Hasan Saputra

    Bogorplus.com – Tulisan ini adalah pendapat pribadi saya sebagai orang awam dalam memikirkan penyelesaian masalah ekonomi yang ada di Indonesia. Jadi mohon maaf jika bapak dan ibu yang membaca tidak berkenan dengan apa yang saya tulis. Banyak hal dalam tulisan saya ini sepertinya tidak mungkin. Walaupun menurut saya mungkin, hanya kita belum menemukan pemimpin yang tepat dan berani untuk melakukannya. Semoga tulisan ini bisa menjadi tambahan pengetahuan bapak dan ibu semua.

    Perlu adanya permainan yang menjadi lawan dari Permainan Monopoli
    Waktu kecil mungkin kita pernah bermain Monopoli. Dalam permainan ini setiap pemain diberi modal beberapa lembar uang kertas dengan nilai yang berbeda yang menunjukan nilai dari uang kertas tersebut.
    Jika kita perhatikan biaya membuat uang kertas tersebut sama tetapi karena tulisan bilangan yang tertera di kertas tersebut berbeda maka nilai uang kertas tersebut menjadi berbeda. Jika kita renungkan kehidupan di bidang ekonomi kita saat ini, persis seperti bermain Monopoli.

    Selasa, 01 September 2015

    Gerakan Indonesia Berbagi (Gotong Royong), Strategi Menyelesaikan Bentrokan Anggota TNI-POLRI


    Sumber : Bogorplus

    Latar Belakang

    Saat ini banyak diberitakan bentrokan antara anggota TNI dengan anggota POLRI seperti kasus di Makasar dan Semarang, ada juga bentrokan antara anggota TNI AD dengan anggota TNI AU seperti kasus di Solo, dan ada juga bentrokan antara anggota POLRI dimana anggota Brimob menyerang Sabhara seperti kasus  di Semarang. Bentrokan ini sudah ada sejak dahulu khususnya antara TNI-POLRI tetapi  selalu terjadi kembali dan sangat mungkin terjadi kembali sebelum ditemukan solusi yang tepat.