Oleh : Raden Ridwan Hasan Saputra
(Penulis adalah Alumni Menwa IPB, Pendiri dan Presiden Direktur Klinik Pendidikan MIPA (KPM), juga pelatih Olimpiade Matematika Internasional)
Bogorplus.com – Saat menghadiri perlombaan dan Launching Permainan Matematika Bela Negara (PMBN) di Surabaya pada Tanggal 10 November 2015, yang diadakan di wilayah Kodam V Brawijaya dengan Pelaksana Korem 084/Bhaskara Jaya, saya dan Bapak Jendral Purnawirawan Agustadi Sasongko diminta menyaksikan langsung acara semi final dan Final dari lomba PMBN. Pada lomba PMBN ini para peserta akan mendapatkan pertanyaan sesuai dengan pilihannya dari hasil dadu yang mereka mainkan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut berhubungan dengan Pancasila, UUD 1945, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika, Sejarah Perjuangan Bangsa dan Bela Negara.
Tiba pada soal Sejarah Perjuangan Bangsa ada pertanyaan seperti ini “Berasal dari daerah manakah Pahlawan Pangeran Antasari?”. Jawaban dari seorang peserta adalah “ Jawa Barat”. Saya ketika mendengar jawaban tersebut kaget luar biasa, kenapa Anak SMP tersebut menjawab “Jawa Barat” Padahal Pangeran Antasari pahlawan yang berasal dari kerajaan Banjar di Banjarmasin. Ketika saya tanya kepada salah satu penonton yang merupakan anak SMP, “kamu tahu tidak Pangeran Antasari Pahlawan dari daerah mana?”. Jawabnya adalah “maaf tidak tahu, itu pelajaran SD”. Jawaban itu membuat saya lebih kaget lagi, sepertinya ada yang salah dengan pendidikan sejarah di negeri ini.
Ada lagi pertanyaan sejarah yang membuat saya dan Pak Jendral Purnawirawan Agustadi Sasongko lebih kaget lagi. Pertanyaan tentang sejarah ini keluar pada saat babak final. Pertanyaan adalah “Hari apa, jam berapa dan Tanggal berapa Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia dikumandangkan?”. Jawaban dari peserta adalah “Pukul 12.00 pada tanggal 18 Agustus 1945”. Ternyata siswa SMP tersebut tidak tahu kapan proklamasi dikumandangkan, mungkin siswa tersebut tidak tahu arti proklamasi dan arti Hari Ulang Tahun Republik Indonesia yang secara rutin dirayakan setiap tanggal 17 Agustus.
Sebenarnya tidak hanya pengetahuan akan sejarah saja yang sangat lemah, tetapi pengetahuan akan Pancasila, UUD 1945, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika, dan Bela Negara pun sangat lemah. Jika pengetahuan terhadap hal-hal tersebut lemah bagaimana untuk menghayati apalagi mengamalkan nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Kembali pada masalah pengetahuan sejarah, berdasarkan pengamatan pada lomba PMBN yang dilaksanakan pada tanggal 10 November 2015, yang diikuti oleh siswa-siswi SMP di wilayah Kodam V Brawijaya, saya melihat bahwa anak-anak SMP ini kurang perduli dengan sejarah, bisa jadi hal ini dikarenakan ketika mereka belajar sejarah, sistem pembelajaran mengenai sejarah yang kurang menarik. Jika siswa-siswi baik SD, SMP dan SMA kurang perduli dengan sejarah atau bahkan menganggap pelajaran sejarah adalah pelajaran yang tidak penting maka bersiaplah negeri ini diambang kehancuran.
Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah
Ini adalah pesan Bung karno di pidato pada saat Hari Ulang Tahun Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1966. Sejarah adalah guru yang terbaik untuk suatu bangsa, agar kesalahan-kesalahan di masa lalu tidak terulang kembali. Bangsa yang meninggalkan atau melupakan sejarahnya sangat mungkin akan mengulang kesalahan yang sama atau kejadian yang buruk di masa lalu akan terulang kembali. Contohnya, berdasarkan fakta sejarah, Indonesia bisa dijajah oleh Belanda karena Bangsa Indonesia mudah di pecah belah, maka jika saat ini, kita sebagai bangsa mudah untuk dipecah belah, maka sangat mungkin kita akan dijajah kembali oleh bangsa lain. Begitu juga dengah sejarah pemberontakan, jika kita tidak belajar penyebab terjadinya pemberontakan di dalam negeri, maka pemberontakan yang ada di dalam negeri sangat mungkin akan terulang. Seperti pemberontakan PKI di tahun 1948, berulang kembali di tahun 1965. Begitu juga jika kita belajar tentang sejarah masa kejayaan Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Sriwijaya serta belajar juga tentang keruntuhan kedua kerajaan besar tersebut. Indonesia sebagai pewaris dua kerajaaan tersebut sangat mungkin untuk mengulang masa keemasan kedua kerajaan itu di era pemerintahan Indonesia sekarang.
Memperbaiki pelajaran sejarah dengan memperbaiki guru sejarahnya.
Jika kita sudah memahami begitu pentingnya belajar sejarah, maka sudah saatnya pelajaran sejarah dijadikan sebagai pelajaran penting. Agar pelajaran sejarah dianggap penting, maka kita harus mulai dengan memperbaiki kualitas guru-guru yang mengajar pelajaran sejarah. Guru-guru yang mengajar pelajaran sejarah sebaiknya orang-orang yang bagus kemampuan matematikanya, sehingga sejarah akan dijadikan ilmu berpikir bukan hanya sebuah cerita tentang masa lalu. Pemerintah harus menjadikan jurusan sejarah sebagai jurusan favorit sebagaimana jurusan teknik di berbagai Perguruan Tinggi. Agar menjadi jurusan favorit maka pemerintah harus memberikan fasilitas dan tunjangan khusus bagi guru-guru sejarah. Sehingga orang-orang yang belajar di jurusan sejarah adalah orang-orang pintar yang sebenarnya bisa diterima di jurusan favorit lainnya seperti kedokteran dll. Jika guru-guru pelajaran sejarah adalah orang-orang berprestasi di masa lalu, maka pelajaran sejarah bisa menjadi ilmu futuristik yang sangat bermanfaat bagi kemajuan Bangsa.
Bangsa yang besar adalah Bangsa yang menghormati jasa para pahlawannya
Pernyataan di atas di sampaikan Bung Karno pada saat pidato hari Pahlawan Tanggal 10 November 1961. Untuk mendukung pernyataan tersebut maka diperlukan orang-orang pintar agar bisa mengungkap fakta sejarah tentang jasa para pahlawan yang telah gugur. Sehingga generasi penerus bangsa bisa mendapatkan api semangat dari sejarah para pahlawan tersebut dan berjuang membangun bangsa dengan semangat para pahlawan tersebut. Oleh karena itu merupakan suatu kebutuhan atau suatu tuntutan agar sejarah diajarkan oleh orang-orang pintar yang menyukai sejarah dan itu tugas pemerintah untuk mewujudkannya.
Penutup
Tulisan ini hanya untuk mengingatkan kita bahwa jiwa-jiwa generasi muda bangsa ini harus dibangun dengan pemahaman yang benar tentang sejarah Indonesia. Mereka harus bangga sebagai Bangsa Indonesia, sehingga ketika mereka menuntut ilmu sampai ke luar negeri pun, mereka akan kembali ke Indonesia untuk membangun Indonesia. Jika kita melupakan sejarah, sangat mungkin ketika mereka belajar ke luar negeri mereka tidak akan kembali ke Indonesia karena tidak cinta dengan Indonesia, kalau pun kembali sangat mungkin mereka menjadi antek-antek asing yang merugikan Indonesia. Dan kunci agar mereka mencintai sejarah adalah guru-guru sejarah yang pintar dan guru sejarah yang pintar akan menjadi tuntutan sejarah.
Bogor, 9 Desember 2015
Sumber : http://www.bogorplus.com/index.php/topik-bogor/item/9724-anak-anak-indonesia-mulai-banyak-yang-lupa-sejarah
0 komentar:
Posting Komentar