Senin, 05 Oktober 2015

Refleksi HUT TNI Ke 70 : “MENGHITUNG" APAKAH TNI DICINTAI RAKYAT ?


Penulis : Raden Ridwan Hasan Saputra
Penulis adalah Alumni Menwa IPB, Pendiri dan Presiden Direktur Klinik Pendidikan MIPA (KPM), juga pelatih Olimpiade Matematika Internasional.

Bogorplus.com – Pertanyaan ini tentu saja menggelitik bagi TNI juga bagi masyarakat yang peduli dengan TNI, tetapi jawaban dari pertanyaan ini bukan hanya menggelitik tapi bisa hal yang sangat serius bagi TNI. Jawaban dari pertanyaan ini bisa dilakukan dengan cara survey yaitu  mewawancarai para responden tentang masalah kecintaan mereka terhadap TNI.  Saya mencoba mencari jawaban dari pertanyaan ini dengan menggunakan Matematika Tanpa Angka. Walaupun jawabannya mungkin tidak akurat tetapi jawaban ini akan menjadi bahan perenungan bagi TNI.


Sebelum saya mencoba menjawab pertanyaan ini dengan menggunakan Matematika Tanpa Angka, saya ingin mengingatkan pesan Panglima Besar Sudirman di Jogjakarta pada tanggal 1 Januari 1946, “Tentara bukan merupakan satu golongan di luar masyarakat, bukan satu kasta yang berdiri di atas masyarakat, tentara tidak lain dan tidak lebih dari salah satu bagian masyarakat yang mempunyai kewajiban tertentu”. Berdasarkan pesan beliau ini, saya mengambil kesimpulan bahwa TNI adalah bagian dari masyarakat atau bisa dikatakan TNI adalah bagian dari rakyat Indonesia.
Makna Slogan : Bersama Rakyat, TNI Kuat, Hebat dan Profesional
Menjelang peringatan hari Ulang Tahun ke-70 Tentara Nasional Indonesia kita sering melihat slogan yang bertulisan Bersama Rakyat, TNI Kuat, Hebat dan Profesional (Bersama Rakyat TNI Semakin Kuat, Hebat, Prefesional, Siap Mewujudkan Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian).Jika kita renungkan makna kata Bersama Rakyat, maka hal ini bisa dimaknai Rakyat sebagai pihak pertama dan TNI sebagai pihak kedua. Jika  ditelaah lebih jauh  berarti TNI dengan rakyat merupakan dua pihak yang berbeda. Jika direnungkan lebih mendalam slogan  Bersama Rakyat, TNI Kuat, Hebat dan Profesionalbertentangan dengan pesan Panglima Besar Sudirman di Jogjakarta pada 1 Januari 1946, karena seperti terjadi dikotomi antara sipil dan militer.  Jika dilihat dari teori himpunan, Menurut pesan Panglima Besar Sudirman, TNI adalah himpunan bagian dari rakyat  Indonesia atau TNI adalah bagian dari Rakyat Indonesia. Sedangkan dari Pesan Slogan di atas, Rakyat (sipil) dan TNI (militer) adalah dua himpunan yang terpisah, dan TNI ingin bersama atau ingin membuat irisan dengan rakyat. Logikanya TNI akan kuat ketika irisan itu semakin besar sehingga TNI harus membuat berbagai irisan atau kerjasama dengan elemen-elemen yang ada di dalam rakyat.   

Berdasarkan slogan TNI tersebut, TNI penting untuk tahu apakah rakyat mencintai TNI atau tidak? karena jika Rakyat tidak mencintai TNI maka tidak mungkin rakyat akan bersama dengan TNI. Jika rakyat tidak bersama TNI, sangat sulit TNI untuk kuat, hebat dan profesional. Kenapa saya katakan sulit bukan tidak mungkin, karena berdasarkan logika matematika pada kaidah silogisme dari pernyataan slogan tersebut. TNI masih mungkin untuk  bisa kuat, hebat dan profesional tanpa rakyat. Misalnya ketika TNI  bekerjasama dengan pihak tertentu yang bukan bagian dari rakyat sehingga TNI mendapat bantuan dana yang sangat besar yang membuat TNI bisa membeli Alutsista, mendanai latihan, membuatkan perumahan untuk anggota TNI atau mensejahterakan anggota TNI.   Tentunya TNI akan bisa menjadi kuat, hebat dan profesional tanpa bantuan rakyat. Hanya pada saat itu TNI bukan lagi tentara seperti yang disampaikan panglima TNI.

Anggaran TNI yang minim, bisa jadi “bumerang” bagi Negara ?
Mari kita renungkan pesan dari Panglima Besar Sudirman di Yogyakarta pada tanggal 5 Oktober 1949: “Pelihara TNI, pelihara angkatan perang kita, jangan sampai TNI dikuasai oleh partai politik manapun juga. Ingatlah, prajurit kita bukanlan prajurit sewaan, bukan prajurit yang mudah dibelokkan haluannya, kita masuk dalam tentara, karena keinsyafan jiwa dan sedia berkorban bagi bangsa dan negara”. Tugas memelihara TNI adalah tugas seluruh rakyat Indonesia, secara teknis beban ini ada di pundak Panglima TNI. Beban ini bukanlah beban yang ringan, sebab Panglima TNI harus bisa memelihara TNI dengan anggaran minim yang diberikan negara. Panglima TNI harus memikirkan kesejahteraan Prajurit dan memikirkan kekuatan persenjataan TNI yang harus memenuhi Minimum Essential Force (MEF). Sehingga hal yang wajar jika Panglima TNI harus merangkul berbagai elemen masyarakat, seperti konglomerat, para pemuka agama, tokoh pendidikan, relawan simpatisan dan lainnya yang dapat bekerjasama dengan ikhlas. Konglomerat bisa  membantu meningkatkan kesejahteraan prajurit terutama dalam memperbaiki kondisi perumahan prajurit yang kondisinya  memprihatinkan. Konglomerat juga bisa membantu TNI melaksanakan berbagai kegiatan seperti  perayaan HUT TNI. Para Pemuka agama bisa memberikan siraman rohani agar prajurit bisa lebih sabar dengan kondisi yang ada. Tokoh pendidikan, relawan simpatisan dan komponen masyarakat lainnya diharapkan dengan ikhlas dapat memberikan kontribusi positif dalam membangun sinergitas / gotong royong antar TNI-Rakyat.

Seharusnya negara bisamemberikan anggaran jauh lebih besar kepada TNI, terutama peningkatan signifikan bagi kesejahteraan prajurit dan keluarganya, yang dimana APBN 2015 saat ini hanya menganggarkan Rp. 96,9 Triliun (kalau tidak salah), itupun sudah semua aspek termasuk pengadaan Alutsista.  Pemenuhuan anggaran dimaksud supaya TNI bisa memenuhi kebutuhannya tanpa harus membuka potensi adanya intervensi halus karena ada “bantuan” dari pihak lain. Agar TNI tidak menjadi alat suatu golongan atau siapapun juga dan TNI tidak mudah dibelokkan oleh kepentingan apapun juga. Sangatlah salah jika Negara dalam hal ini Pemerintah dan DPR, berpikir karena dalam kondisi damai maka anggaran untuk TNI tidak perlu besar. Jika kesejahteraan anggota TNI tidak terpenuhi maka akan banyak anggota TNI mencari penghasilan tambahan, yang menyebabkan anggota TNI tidak fokus lagi dengan tugas pokoknya. Bisa jadi kesetiaan anggota TNI menjadi terbelah antara kepada negara dan kepada yang bisa memberi  penghasilan tambahan. Kesetian yang terbelah itu bisa jadi akan menyakiti rakyat ketika TNI harus membela orang atau perusahaan yang memberi penghasilan tambahan, sehingga TNI bisa tidak dicintai rakyat . Kondisi ini akan sangat membahayakan Negara di masa depan.

Multifungsi TNI karena TNI adalah Kita !
Ketika jaman Orde baru kita mengenal istilah Dwifungsi ABRI, tetapi sekarang istilah ini terkubur seiring dengan berakhirnya orde baru. Menurut saya Dwifungsi ABRI adalah konsep yang bagus untuk Indonesia,  karena TNI berbeda dengan tentara-tentara di negara lain.  TNI adalah tentara rakyat, TNI tidak lain dan tidak lebih dari salah satu bagian masyarakat yang mempunyai kewajiban tertentu. Kewajiban di sini adalah mempertahankan kedaulatan negara dan menjaga keselamatannya. Mempertahankan kedaulatan negara dan menjaga keselamatannya ketika masa damai tidak kalah penting dibanding ketika masa perang. Malah untuk kondisi sekarang jauh lebih penting, karena banyak negara menjadi tidak  berdaulat dan hancur tanpa melalui jalur peperangan militer.

Saat ini sepertinya ada gerakan yang sedang menjauhkan TNI dengan rakyat. Seperti Partai Komunis Indonesia tentu sangat menginginkan TNI terpisah dengan rakyat. Tujuannya adalah agar TNI lemah dan rakyat pun akan lemah. Pada kondisi sekarang negara seharusnya bukan hanya menghidupkan kembali Dwifungsi malah harus menumbuhkan Multifungsi TNI dimana TNI terlibat dalam kegiatan-kegiatan non militer dalam rangka menyelamatkan negara. Negara harus memfasilitasi TNI agar bisa terlibat di berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara. Negara harus memfasilitasi TNI bekerjasama dengan berbagai Kementerian. Misalnya dengan Kementerian Pendidikan dan kebudayaan, seperti yang sudah terjadi, TNI bisa terlibat menjadi guru di daerah perbatasan, merenovasi bangunan-bangunan sekolah dan membuat Kampung Matematika. Dengan Kementerian Pertanian, TNI membuka lahan-lahan tidur di daerah-daerah perbatasan untuk menjadi lahan pertanian. Dengan kementerian pekerjaan umum, TNI membuat jalan-jalan bagus di perbatasan. Dengan BUMN, TNI bisa mengirimkan anggotanya untuk bekerja di Perusahaan  milik negara yang tempatnya di negara yang sedang terlibat konflik. Anggota TNI pun bisa ditempatkan di berbagai posisi di berbagai kementerian jika kementerian tersebut membutuhkan peran TNI. Rakyat tidak perlu khawatir dengan Multifungsi  TNI akan menyingkirkan peran komponen bangsa yang lain. Hal ini karena fungsi TNI di berbagai bidang tersebut lebih kepada menyelamatkan negara di berbagai bidang.  Hal  yang harus dipahami juga TNI adalah bagian dari rakyat sehingga tidak perlu dipermasalahkan TNI ada di berbagai bidang karena TNI adalah Kita.

Penutup
Bagaimana kesimpulan jawaban dari pertanyaan, “Menghitung” Apakah TNI dicintai Rakyat ? Menurut saya pertanyaan tersebut tidak perlu dijawab, jika kita sepakat TNI adalah bagian dari rakyat atau kita berpikir TNI adalah Kita. Menjadikan TNI adalah Kita akan membuat kita mencintai TNI apa adanya, karena tidak mungkin jika kita tidak mencintai diri kita sendiri.

Tetapi, jika ada pernyataan, Apakah Bersama Rakyat TNI kuat, Hebat dan Profesional ? Maka akan timbul pertanyaan, Apakah saat ini TNI bersama Rakyat? Sehingga akan timbul pertanyaan lanjutan, Apakah TNI dicintai Rakyat? Kedua pertanyaan tersebut muncul sebagai konsekuensi logis dari pernyataan “Apakah Bersama Rakyat TNI kuat, Hebat dan Profesional ?” tadi. 

Jawaban pertanyaan-pertanyaan itu akan menunjukkan kondisi TNI saat ini, apakah dalam keadaan kuat atau tidak.  Walaupun dengan berbagai keterbatasan yang diberikan negara, semoga TNI tetap menjadi bagian dari rakyat dan jangan sampai TNI menjadi alat dari partai politik, golongan tertentu atau perseorangan.

Selamat Milad TNI ke 70 tahun, Jayalah Selalu Bersama Rakyat dan Tanah Air Indonesia !!!

Bogor, 5 Oktober 2015

Sumber : Bogorplus

0 komentar:

Posting Komentar