• Rapat Kerja Nasional Korps Menwa Indonesia
  • Rakernas Korps Menwa Indonesia diadakan pada 14-16 Agustus 2015 bertempat di Cipayung - Bogor

  • Sepeda Santai Keluarga Mahawarman IPB
  • Gowes sepeda santai Keluarga Mahawarman IPB di Kampus IPB Darmaga Bogor tgl 22 Mei 2016

    Photo Session Temu Alumni

    Dokumentasi foto Alumni dan Keluarga yang hadir pada Temu Alumni Korps Menwa IPB di Kebun Raya Bogor 1 Agustus 2015

    Demo ketangkasan bongkar pasang Senapan SS1

    Demo ketangkasan bongkar pasang senjata Senapan SS1 dalam Masa perkenalam Mahasiswa Baru (MPKMB)Diploma IPB tgl 29 Agustus 2015 di Kampus IPB Baranangsiang - Bogor.

    Terbentuknya Keluarga Mahawarman IPB

    Pada Rapat Korps tanggal 15 Mei 2016 telah disepakati terbentuknya organisasi "Keluarga Mahawarman IPB" sebagai wadah persatuan dan silaturahmi seluruh alumni Mahawarman IPB

    Rabu, 30 Desember 2015

    APAKAH DI 2016, TAHUN “KEMATIAN PARA ELIT” SEBAGAI TANDA MUNCULNYA SATRIO PININGIT?

    Oleh : Raden Ridwan Hasan Saputra (Penulis Alumni Menwa IPB, Pendiri dan Presiden Direktur Klinik Pendidikan MIPA (KPM), juga pelatih Olimpiade Matematika Internasional)

    Bogorplus.com – Judul ini sepertinya cukup mengerikan bagi orang yang membacanya, tetapi mohon maaf saya tidak membicarakan kematian yang sebenarnya, karena masalah kematian, masalah dicabutnya nyawa dari badan itu adalah rahasia Ilahi, hanya Allah Yang Maha Tahu.
    “Kematian” yang dimaksud di sini adalah mundur dari jabatan, diberhentikan dari jabatan atau turunnya pamor dari orang yang menduduki jabatan. Ide tulisan ini, saya dapatkan setelah mendengar pemberitaan di media massa tentang adanya beberapa pejabat yang mundur dari posisinya karena berbagai alasan. Keputusan mundur dari jabatan akibat suatu kesalahan yang telah dilakukan atau karena tidak mampu mengemban amanah adalah sifat ksatria yang patut kita hargai.

    Sabtu, 26 Desember 2015

    Catatan Perjalanan Camping ke Pulau Condong

    Penulis : Arifah Handayani (Alumni Menwa IPB '95, Founder Smart Parenting With Love Community) 
    Catatan perjalanan 1 : Berangkat...!!!
    Buat keluarga dengan banyak anak, merencanakan liburan yang murah meriah tapi seru memang jadi tantangan tersendiri. Tetapi ketika anak2 sudah terlatih untuk bisa diajak kemping atau backpackeran dengan akomodasi kelas ekonomi, maka alternatif liburan jadi berkembang.
    Salah satu komitmen saya ketika minta ijin anak2 untuk kerja di School of Human, adalah bakal menyisihkan sebagian pendapatan untuk anggaran liburan. Nah, begitu liburan pertama tiba mereka pun menuntut janji.

    Jumat, 25 Desember 2015

    Secawan Renungan di Hari Ibu...

    Penulis : Arifah Handayani (Alumni Menwa IPB '95, Founder Smart Parenting With Love Community)

    Aku ini hanya ingin menjadi seorang ibu yang boleh menolak hidup di dalam kotak, karena bumi kita ini sudah sedemikian sempit dihuni lebih dari 7 milyar manusia. Rasanya terlalu mungil untuk mengakomodasi begitu banyak golongan dengan 1001 perbedaannya. Apalagi kalau harus dibagi kepada lebih dari satu Pencipta.

    Aku hanya ingin semua penduduk bumi bisa hidup bersisian mengandalkan kesamaan visi dan misi saja. Mestinya semua insan mampu hidup lebih optimal bersama, tanpa harus membuang banyak waktu, sumberdaya dan tenaga demi memperdebatkan perbedaan yang jelas tidak akan sampai pada titik temu.

    Rabu, 23 Desember 2015

    REVOLUSI PENDIDIKAN (BAGIAN-1): KURIKULUM DAN GURU SERTA ELIT BANGSA

    Oleh : Raden Ridwan Hasan Saputra (Penulis Alumni Menwa IPB, Pendiri dan Presiden Direktur Klinik Pendidikan MIPA (KPM), juga pelatih Olimpiade Matematika Internasional)  

    Bogorplus.com – Ketika saya mendampingi siswa dalam lomba matematika di Hongkong, para peserta mendapat kesempatan untuk berwisata ke Ocean Park Hongkong, yang merupakan wahana permainan air dan taman bermain. Di dalam Ocean Park untuk mencoba suatu wahana maka orang-orang harus mengantri terlebih dahulu. Pada saat mengantri, di depan saya ada orang Indonesia yang mengantri yang bisa saya ketahui dari logat daerahnya ketika dia berkomunikasi, tetapi tidak lama kemudian dia menyerobot antrian. Kontan hal itu pun membuat banyak orang yang mengantri kesal dan agak ribut.  Saya sempat menegur dengan sikapnya tersebut karena selain tidak bagus juga memalukan Indonesia, tapi orang tersebut hanya senyum-senyum saja. Saya jadi ingat, banyak prilaku orang di Indonesia yang sudah dianggap wajar tetapi sebenarnya salah. Perilaku tersebut seperti motor atau mobil tetap berjalan walaupun lampu lalu lintas sudah menunjukan warna merah, membuang sampah sembarangan baik di jalan ataupun di sungai, merokok di sembarang tempat, mencontek,  dan lain-lain.

    Hal- hal tersebut sepertinya sepele tetapi akan berdampak besar jika dilakukan terus menerus. Seperti dengan tidak mentaati rambu lalu lintas bisa menyebabkan kemacetan, efek dari kemacetan menyebabkan banyak orang yang terlambat bekerja dan terjadi pemborosan bahan bakar. Buang sampah sembarangan di jalan atau di sungai bisa menyebabkan banjir di jalan raya beraspal yang bisa menyebabkan aspal cepat rusak, dan jika sungai mampat karena banyak sampah bisa menyebabkan banjir di suatu lingkungan. Banyak masalah besar atau musibah besar yang terjadi akibat perilaku salah yang dianggap sepele atau kecil. Seharusnya pendidikan Indonesia mengajarkan kepada siswanya tentang mentaati peraturan lalu lintas, buang sampah pada tempatnya, mengantri dll. Sehingga kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi lebih baik, karena terhindar dari musibah akibat sikap dan prilaku  masyarakat yang tidak disiplin.


    Perubahan  kurikulum sebaik apapun tidak akan berhasil jika gurunya tidak diubah
    Saat ini pemerintah khususnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan masih disibukkan dengan perubahan kurikulum. Berita terakhir akan ada kurikulum baru yang bernama Kurikulum Nasional sebagai pengganti kurikulum 2013. Pertanyaan yang mendasar saat ini, di Indonesia sering terjadi perubahan kurikulum tetapi kenapa hal-hal negatif (seperti kasus-kasus yang ceritakan di awal) dalam kehidupan sehari-hari baik dilakukan  pelajar atau masyarakat yang notabene sebelumnya adalah pelajar masih saja terjadi?. Jawabannya menurut saya  karena perubahan kurikulum di Indonesia ibarat perubahan sebuah mobil yang hanya berganti model lampu, berganti ban atau berganti accesories yang lain, tetapi karoserinya dan mesinnya tetap sama. Belum pernah terjadi perubahan dari bentuk mobilnya secara keseluruhan atau berganti pabrik karoserinya. Walaupun terjadi perubahan mobil secara radikal tidak menjamin akan membuat sampai tujuan dengan selamat jika supirnya ternyata tidak bisa mengemudikan mobil tersebut dengan baik. Maknanya adalah  sebagus apa pun perubahan kurikulum pendidikan, jika gurunya tidak diperbaiki maka tujuan kurikulum yang bagus sangat sulit dicapai.

    Uji Kompetensi Guru dalam hal moralitas dan spiritual jangan dilupakan
    Saat ini Uji Kompetensi Guru yang sedang dilakukan oleh Pemerintah, patut untuk dihargai sebagai program yang tepat dalam rangka memperbaiki kualitas guru, tetapi uji yang dilakukan saat ini masih pada tataran yang bersifat akademik, sehingga  kemampuan guru  yang terukur masih dalam hal kemampuan intelektual. Pemerintah jangan sampai lupa kalau di sekolah, tugas guru itu bukan hanya transfer pengetahuan tetapi yang jauh lebih penting adalah mendidik yang didalamnya ada tujuan mengubah dari perilaku yang tidak baik menjadi baik, dari awalnya tidak sholeh menjadi sholeh. Supaya proses mendidik bisa berjalan efektif maka guru harus mempunyai kecerdasan moral dan kecerdasan spiritual yang baik, karena guru di sini harus bisa digugu dan ditiru. Oleh karena itu pemerintah harus juga membuat program untuk memperbaiki moralitas dan spiritualitas para guru agar pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik. Program ini jauh lebih penting dilakukan daripada perbaikan kurikulum, dan program ini harus segera dilakukan karena guru yang moral dan spiritualnya rendah akan menghasil  perilaku negatif para siswa baik di sekolah maupun di masyarakat seperti yang sudah terjadi secara masif di seluruh Indonesia.

    Jangan malu mengadopsi Pendidikan Pesantren
    Saat ini banyak orang kembali melirik pendidikan pesantren sebagai alternatif untuk pendidikan anak-anaknya.   Dibalik kekurangan dan kelebihan dari pendidikan pesantren, ada hal yang menarik dari pendidikan pesantren. Hal menariknya yaitu para guru di Pesantren biasanya mengajar dengan ikhlas walaupun penghasilan atau gajinya sebagai guru tidak besar. Jarang kita mendengar bahkan hampir tidak pernah kita dengar ada guru-guru  di pesantren yang demo untuk meminta kenaikan gaji atau tunjangan. Selain itu guru-guru di pesantren biasanya menjadi contoh terlebih dahulu dalam kebaikan khususnya dalam masalah adab dan akhlak.  Hal yang tidak kalah penting guru-guru di pesantren dan kepala sekolahnya (kyainya) rajin melaksanakan berbagai aktivitas ibadah seperti berpuasa, sholat tahajud dll, serta rajin mendoakan santri-satrinya agar menjadi anak-anak yang sholeh. Sikap dan perilaku seperti itulah yang membuat para santrinya sangat patuh dan menjadikan guru-guru dan kyainya sebagai panutan (digugu dan ditiru). Ketaatan santri kepada para gurunya merupakan kunci keberhasilan dari pendidikan pesantren dalam hal membentuk adab dan akhlak yang baik.  

    Bukanlah hal yang tabu jika pemerintah mengadopsi cara-cara pesantren dalam membentuk guru-guru sehingga menjadi guru-guru yang bisa digugu dan ditiru oleh murid-muridnya. Sebab guru-guru yang bisa digugu dan ditiru adalah faktor yang sangat penting dalam pendidikan. Tahapan awal adalah membentuk guru bagus dalam hal sepiritual. Supaya  guru bagus dalam hal spiritualnya adalah  dengan membuat program meningkatkan kebiasaan aktivitas ibadah ritual. Bagi yang beragama islam, guru harus terbiasa sholat berjamaah, sholat dhuha, puasa senin kamis dll. Bagi yang beragama lain dipersilahkan menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Program ini awalnya  dibuat dalam bentuk gerakan, kemudian dilakukan pemaksaan yang dituangkan dalam bentuk peraturan. Pada akhirnya harus dilakukan pemaksaan karena program ini sangat menunjang keberhasilan proses pendidikan.

    Setelah program pertama sudah berjalan maka tahapan berikutnya adalah program guru-guru memberikan contoh dan menjadi contoh dari pelaksanaan budi pekerti yang baik. Program ini harus dilakukan oleh semua guru. Bentuk program ini seperti tidak merokok di lingkungan sekolah, menghormati sesama  guru baik di sekolahnya atau bukan di sekolahnya, membuang sampah pada tempatnya,  belajar mengantri, mentaati peraturan lalu lintas dll. Program ini pun sama, awalnya sebuah gerakan kemudian pemaksaan yang dituangkan dalam peraturan. Dua program ini jika dilaksanakana dengan efektif melalui peraturan yang jelas dimana ada hadiah dan hukuman, maka akan membuat pendidikan Indonesia jauh lebih baik. Inilah Revolusi Mental  yang sesungguhnya.  Jika guru tidak menyetujui kedua program ini sebaiknya mengundurkan diri jadi guru, karena memang tidak layak secara moral dan spiritual sebagai guru.

    Para Guru Perlu sosok panutan yang bisa digugu dan ditiru
    Dua Program ini akan berhasil dengan baik jika para guru mempunyai contoh manusia yang bisa menjadi panutan. Sosok Panutan untuk para guru seharusnya Kepala Sekolah. Para kepala Sekolah pun perlu sosok yang bisa menjadi panutan. Sosok panutan untuk para kepala sekolah seharusnya Kepala Dinas Pendidikan kota/Kabupaten. Kemudian sosok panutan untuk Kepala Dinas Pendidikan kota/Kabupaten adalah para Walikota/Bupati dan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi serta para Dirjen di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Para pejabat ini pun perlu sosok panutan dalam hal moralitas dan spiritualitas. Sosok panutan untuk para pejabat ini tentulah para Elit Bangsa yang ada di Pemerintah Pusat. Sayangnya para elit Bangsa kita saat ini suka membuat gaduh sehingga situasi negara menjadi panas. Efeknya saat ini para guru di Indonesia sulit menemukan sosok elit  di tingkat nasional, yang bisa digugu dan ditiru dalam hal moralitas dan spiritualitas. Untungnya masih ada orang-orang baik di berbagai daerah yang karyanya bermanfaat bagi masyarakat yang bisa dijadikan panutan para guru. Hanya sayangnya karena orang-orang baik ini hanya di tingkat lokal sehingga perbaikannya tidak bersifat masif dan berdampak secara nasional. Semoga orang-orang baik di tingkat lokal ini bisa menjadi elit bangsa di tingkat nasional, menggantikan para elit bangsa yang suka membuat gaduh negara. Semoga dengan hal ini, perbaikan pendidikan yang revolusioner bisa diwujudkan.

    Penutup
    Tulisan ini adalah buah pikiran dalam rangka memperbaiki Pendidikan di Indonesia. Negara yang besar adalah negara yang fokus meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusianya (SDM). Kualitas SDM akan baik jika kualitas pendidikannya baik. Kualitas pendidikan akan baik jika kualitas gurunya akan baik. Hal yang lebih utama dalam kualitas guru adalah memperbaiki kualitas moral dan spiritualnya. Kualitas moral dan spiritual guru dipengaruhi juga oleh Kualitas moral dan spiritual para elit bangsa negeri ini. Jika para elit bangsa di negeri ini selalu gaduh, maka jargon bangsa ini akan menjadi bangsa yang besar sepertinya hanya akan jadi mimpi. Beruntungnya masih ada orang-orang baik di negeri ini yang perduli terhadap pendidikan dan berkarya di bidang pendidikan sehingga guru tidak kehilangan panutan. Semoga Allah mendatangkan sosok elit di tingkat nasional yang bisa menjadi panutan dalam hal moralitas dan spiritualitas bagi bangsa ini. Aamiin.

    Bogor, 21 Desember 2015

    Sumber : 
    http://www.bogorplus.com/index.php/topik-bogor/item/9797-revolusi-pendidikan-bagian-1-kurikulum-dan-guru-serta-elit-bangsa

    Selasa, 15 Desember 2015

    MAU KEMANAKAH NEGARA INDONESIA ?

    Oleh : Raden Ridwan Hasan Saputra
    (Penulis adalah Alumni Menwa IPB, Pendiri dan Presiden Direktur Klinik Pendidikan MIPA (KPM), juga pelatih Olimpiade Matematika Internasional)

    Bogorplus.com – Saat ini publik di Indonesia sedang disibukkan oleh kasus Freeport. Awal mulanya diberitakan adanya kasus pencatutan nama Presiden dan wakil Presiden yang dianggap telah meminta saham untuk melanggengkan keinginan Freeport untuk tetap beroperasi di Indonesia. Kemudian kasus ini berkembang seperti bola liar dengan adanya dugaan kecurangan dalam Pemilihan Presiden berdasarkan rekaman yang diperdengarkan dalam sidang Mahkamah Kehormatan Dewan. Belum juga selesai masalah tersebut, timbul lagi isu baru, kalau sebenarnya pemerintah sudah memberikan kepastian

    Kamis, 10 Desember 2015

    ANAK-ANAK INDONESIA MULAI BANYAK YANG LUPA SEJARAH

    Oleh : Raden Ridwan Hasan Saputra
    (Penulis adalah Alumni Menwa IPB, Pendiri dan Presiden Direktur Klinik Pendidikan MIPA (KPM), juga pelatih Olimpiade Matematika Internasional)

    Bogorplus.com – Saat menghadiri perlombaan dan Launching Permainan Matematika Bela Negara (PMBN) di Surabaya pada Tanggal 10 November 2015, yang diadakan di wilayah Kodam V Brawijaya dengan Pelaksana Korem 084/Bhaskara Jaya, saya dan Bapak Jendral Purnawirawan Agustadi Sasongko diminta menyaksikan langsung acara semi final dan Final dari lomba PMBN.  Pada lomba PMBN ini para peserta akan mendapatkan pertanyaan sesuai dengan pilihannya dari hasil dadu yang mereka mainkan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut berhubungan dengan Pancasila, UUD 1945, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika, Sejarah Perjuangan Bangsa dan Bela Negara.

    Selasa, 27 Oktober 2015

    STRATEGI MENYELESAIKAN BENCANA KABUT ASAP MENURUT MANUSIA PANCASILA


    Oleh : Raden Ridwan Hasan Saputra 
    Penulis adalah Wakil Ketua Korps Menwa IPB, Pendiri dan Presiden Direktur Klinik Pendidikan MIPA (KPM), juga pelatih Olimpiade Matematika Internasional.
     
    Bogorplus.com – Dalam sebuah kisah di jaman Nabi Musa AS, kaum Bani Israil pernah di timpa musim  kemarau panjang dan masa paceklik. Sehingga kaum Bani Israil meminta kepada Nabi Musa untuk berdoa kepada Allah agar diturunkan hujan. Nabi Musa setelah mendapat permintaan tersebut, kemudian mengajak kaum Bani Israil  ke lapangan dan melakukan doa bersama. Ternyata doa Nabi Musa untuk  meminta hujan tidak dikabulkan oleh Allah. Menurut petunjuk yang Allah berikan kepada Nabi Musa, hal ini karena ada umat Nabi Musa yang mempunyai dosa selama 40 tahun dan belum mau bertobat. Singkat cerita setelah orang yang berdosa tersebut bertobat akhirnya hujan turun dengan derasnya.

    Senin, 05 Oktober 2015

    Refleksi HUT TNI Ke 70 : “MENGHITUNG" APAKAH TNI DICINTAI RAKYAT ?


    Penulis : Raden Ridwan Hasan Saputra
    Penulis adalah Alumni Menwa IPB, Pendiri dan Presiden Direktur Klinik Pendidikan MIPA (KPM), juga pelatih Olimpiade Matematika Internasional.

    Bogorplus.com – Pertanyaan ini tentu saja menggelitik bagi TNI juga bagi masyarakat yang peduli dengan TNI, tetapi jawaban dari pertanyaan ini bukan hanya menggelitik tapi bisa hal yang sangat serius bagi TNI. Jawaban dari pertanyaan ini bisa dilakukan dengan cara survey yaitu  mewawancarai para responden tentang masalah kecintaan mereka terhadap TNI.  Saya mencoba mencari jawaban dari pertanyaan ini dengan menggunakan Matematika Tanpa Angka. Walaupun jawabannya mungkin tidak akurat tetapi jawaban ini akan menjadi bahan perenungan bagi TNI.

    Kamis, 01 Oktober 2015

    “SEKOLAH DASAR” BUKAN LAGI “TAMAN” TETAPI BERPOTENSI MENJADI “HUTAN RIMBA”


    “SEKOLAH DASAR” BUKAN LAGI “TAMAN” TETAPI BERPOTENSI MENJADI “HUTAN RIMBA”

     Oleh : Raden Ridwan Hasan Saputra
    Penulis adalah Wakil Ketua Korps Menwa IPB, Pendiri dan Presiden Direktur Klinik Pendidikan MIPA (KPM) dan pelatih Olimpiade Matematika Internasional.

    Bogorplus.com – Ada sebuah berita sangat memprihatinkan berdasarkan berita dari Detiknews (28/9/2015). Diberitakan seorang siswi dari Aceh Besar yang masih duduk di kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah meninggal dunia akibat dikeroyok oleh 6 orang teman laki-lakinya. Kejadian ini sulit diterima oleh akal sehat bagi kita yang pernah bersekolah SD di era tahun 80-an ke bawah. Kejadian-kejadian yang sudah dalam kategori tidak wajar dalam hal yang negatif sudah banyak terjadi di kalangan anak SD saat ini, seperti pembunuhan, pencabulan, narkoba, tawuran dll. Sudah jadi bukti  nyata bahwa Sekolah Dasar saat ini banyak yang sudah bukan menjadi taman tempat anak-anak bermain, seperti yang diisyaratkan oleh Ki Hajar Dewantara. Sekolah Dasar saat ini seperti hutan rimba, dimana anak bisa belajar hal-hal yang negatif dari mulai bahasa yang kasar dan tindakan yang brutal, yang akhirnya bahasa dan tindakan tersebut  bisa  menjadikan anak sebagai pemangsa atau dimangsa oleh anak yang lain.

    Kita tidak bisa bayangkan hal negatif apa  yang akan mereka lakukan ketika mereka di SMP, SMA, Perguruan Tinggi dan setelah menjadi orang tua. Sebab hal-hal negatif  yang mereka lakukan di waktu SD sama sekali tidak pernah terbayangkan akan dilakukan oleh anak SD. Oleh karena itu harus dicari penyebab dan diberikan solusi agar kejadian-kejadian negatif tersebut tidak terjadi lagi. Berikut ini saya sampaikan penyebab dan solusi dari masalah di atas berdasarkan pengalaman, pengamatan dan perenungan yang saya lakukan sebagai orang yang sering berkecimpung di dunia SD khususnya dalam bidang Matematika.

    Pendidikan di Indonesia saat ini lebih fokus pada Pengetahuan (Ilmu) bukan Adab atau Budi Pekerti
    Ketika saya di bangku Sekolah Dasar, Hal yang lebih sering dipelajari di kelas oleh murid-murid adalah bagaimana seorang murid menghormati  guru, berbuat baik dengan teman, memelihara kebersihan, mengantri dll yang lebih pada pembentukan budi pekerti. Saya masih ingat ketika di SD, sebelum masuk kelas harus berbaris terlebih dahulu di luar kelas, kemudian masuk satu persatu ke dalam kelas dan mencium tangan guru. Setiap minggu ibu guru atau bapak guru selalu memeriksa kuku-kuku siswanya dan banyak anak yang tangannya dipukul menggunakan penggaris karena lupa menggunting kuku. Pada waktu itu banyak anak  SD yang ketika masuk SD  tidak bisa membaca dan menulis. Sekolah SD pada waktu itu, mempunyai tempat yang luas untuk bermain berbagai aneka macam permainan. Sehingga dalam pemikiran saya waktu itu, ke sekolah adalah untuk bermain bersama teman-teman, belajar adalah nomor dua. Pada masa itu pun, ibu guru atau bapak guru lebih suka anak yang mempunyai budi pekerti  yang baik dan lebih disukai lagi  anak  yang mempunya budi pekerti yang baik dan rajin belajar.  Sehingga kami sebagai muridnya berlomba-lomba untuk menjadi anak yang mempunyai budi pekerti yang baik dan rajin belajar setelah bermain seharian penuh.

    Pada masa sekarang ilmu lebih penting dari pada adab atau budi pekerti. Siswa SD saat ini sudah disibukkan dengan mengikuti berbagai kursus dari mulai kursus matematika, kursus bahasa inggris, kursus musik dll. Kegiatan anak-anak SD saat ini kebanyakan hanya belajar, belajar dan belajar. Jika ada waktu bermain, yang dilakukan adalah bermain game  komputer atau online. Jarang sekali bermain yang dilakukan dengan cara berinterakasi, bersenda gurau dengan teman sebayanya.  Saat ini banyak orang tua yang menganggap teman anaknya adalah saingan anaknya dalam meraih prestasi.  Sehingga interaksi yang terjadi sudah tidak dalam pertemanan tetapi persaingan. Kondisi ini membuat anak lupa sopan santun, tata krama dan budi pekerti. Solusi yang dilakukan adalah merubah kurikulum pendidikan nasional untuk Sekolah Dasar, yang awalnya lebih pada target penguasaan ilmu menjadi target internalisasi adab atau budi pekerti dalam kehidupan sehari-hari. Di Sekolah Dasar lebih banyak praktek penerapakan budi pekerti yang baik daripada belajar materi pelajaran matematika, komputer, IPA dan bahasa asing. Oleh karena itu, di SD tidak boleh ada anak yang tidak naik kelas selama anak tersebut mempunyai adab atau budi pekerti yang baik.

    Mayoritas kualitas Guru SD masih memprihatinkan
     Saya adalah Pelatih Nasional Olimpiade Matematika untuk SD dan SMP. Jabatan ini telah membuat saya mempunyai tugas tambahan yaitu melatih guru tentang matematika khususnya di tingkat SD. Sudah belasan ribu guru dari berbagai wilayah di Indoenesia yang saya latih dalam kurun waktu  12 tahun. Banyak hal yang memprihatinkan tentang guru-guru SD saat ini berdasarkan pengalaman saya melatih. Hal yang memprihatinkan ini dari sisi kecerdasan intelektualnya, motivasinya menjadi guru dan mentalnya sebagai seorang guru. keprihatinan saya ini, sebagian sudah terbukti sesuai dengan informasi yang disampaikan oleh Direktur Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud Sumarna Surapranata, sebagaimana yang diberitakan situs kemdikbud.go.id (9/10/2015). Beliau menyampaikan pemerintah telah memiliki potret Uji Kompetensi Guru (UKG) terhadap 1,6 juta guru. Dari jumlah tersebut menurut beliau, hanya 192 orang yang kompetensinya di atas 90 dan rata-rata nilai UKG nya 4,7. Berdasarakan informasi tersebut kondisi guru Indonesia sangat memprihatinkan dan hampir dipastikan kualitas terparah ada di guru SD. Sehingga sangatlah wajar jika semakin hari kualitas dan prilaku anak-anak SD semakin banyak yang tidak karuan, karena kualitas guru-guru yang kategorinya memprihatinkan dan banyak tersebar di seluruh indonesia.

    Solusi yang harus dilakukan menurut saya adalah dengan memfokuskan pembinaan mental, budi pekerti dan penanaman keimanan sesuai agama masing-masing kepada guru-guru SD yang ada saat ini. Hal ini agar guru-guru SD bisa mempunyai motivasi yang baik dalam menjalankan profesinya sebagai guru dan bisa mempunyai mental yang cocok sebagai seorang guru. Perubahan motivasi dan perilaku guru dalam mengajar akan sangat mendukung proses internalisasi adab dan budi pekerti kepada siswa dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu secara bertahap pemerintah harus mengganti guru-guru yang mulai pensiun dengan orang-orang muda potensial yang bukan lulusan nonkependidikan yang mempunyai kemampuan yang bagus. Orang-orang muda potensial ini harus diutamakan untuk mengajar di daerah (3T) Terdepan, Terluar dan Tertinggal. Guru-guru potensial yang mengajar di daerah (3T) harus diberi gaji yang sangat memadai dan jauh lebih besar dari guru-guru biasanya.

    Pengaruh “sinetron-sinetron” (tayangan) TV yang merusak generasi muda
    Pendapat ini tentulah akan disetujui oleh banyak pihak, karena tayangan TV selama ini terutama sinetron-sinetronya telah memberi andil  yang sangat besar dalam kerusakan moral anak bangsa. Saat ini para pemilik TV banyak mengejar rating demi mengumpulkan banyak keuntungan materi walaupun harus mengorbankan generasi muda. Tayangan-tayangan yang kurang baik di TV membentuk suatu kebiasaan baru dan akhirnya budaya baru yang tidak baik di masyarakat yang sebelumnya tidak ada. Budaya buruk ini menjadi suatu karakter bagi anak-anak yang belum mempunyai filter yang kuat untuk memilih hal yang baik atau yang buruk.

    Solusi yang saya diberikan pemerintah harus melakukan pengawasan ketat terhadap tayangan TV di Indonesia dan langsung menghentikan ijin TV-TV yang melakukan siaran yang melanggar aturan yang berlaku. Pemerintah tidak perlu mengkhawatirkan akan berkurangnya pemasukan dari pajak yang biasa diberikan oleh perusahaan-perusahaan yang mengelola TV, karena pemerintah bisa memberikan ijin baru kepada perusahaan TV yang mau mengikuti aturan pemerintah. Sudah saatnya pemerintah memiliki stasiun TV yang tidak hanya TVRI. Pemerintah bisa membuat stasiun TV – Stasiun TV yang menjangkau segmen pasar yang berbeda tetapi mempunyai misi yang sama yaitu menjadikan Tontonan sebagai Tuntunan. Selain media TV pemerintah juga harus memperhatikan media online yang sudah begitu mudah di akses langsung dalam genggaman tangan anak-anak melalui gadget.

    Orang tua masih ada yang kurang peduli dengan pendidikan
    Saat ini banyak orang tua yang menganggap dengan mensekolahkan anaknya ke sekolah favorit dan beranggapan berarti urusan pendidikan sudah selesai. Kebanyakan orang tua juga ingin anaknya diperlakukan dengan baik, tidak boleh dimarahi dan tidak boleh dihukum. Sehingga tidak jarang ketika guru memarahi murid, yang terjadi adalah orang tua datang ke sekolah dan memarahi balik guru. Hal ini menyebabkan sekolah menjadi  kehilangan ruhnya sebagai  lembaga pendidikan. Jika orang tua peduli pendidikan maka orang tua harus mendukung pihak sekolah dan guru ketika guru memberi hukuman kepada anaknya. Di jaman saya dulu ketika ada anak dimarahi guru, kemudian orang tuanya tahu, biasanya yang terjadi adalah orang tua tersebut memarahi anaknya dan orang tua tersebut datang ke sekolah untuk meminta maaf kepada guru. Kejadian terbalik pada saat ini bisa jadi karena mulai kurang wibawa guru dikarenakan kualitas guru saat ini seperti yang saya ceritakan sebelumnya.

    Solusi yang saya tawarkan untuk masalah ini adalah membuat program dimana  orang tua mengajar di kelas atau masuk ke dalam kelas untuk membantu guru mengajar di kelas. Hal ini agar orang tua paham betapa sulitnya menjadi guru sehingga timbul rasa hormat orang tua kepada guru. Hal ini pun akan memotivasi guru untuk terus meningkatkan kemampuannya agar bisa menjadi guru yang disegani oleh orang tua dan muridnya, karena punya banyak ilmu dan adab yang baik. Program ini sangat mungkin diterapkan di tingkat sekolah Dasar.

    Pengaruh para “oknum pejabat” yang mempertontonkan hal yang kurang mendidik
    Di era keterbukaan informasi saat ini, hampir setiap hari masyarakat disuguhkan oleh tayangan di TV atau media sosial dimana para pejabat saling mencaci dan saling menyalahkan ketika menghadapi suatu masalah. Perilaku-perilaku yang tidak baik dari para pejabat yang tidak korupsi pun banyak diekspos. Sehingga banyak orang berpikir tenyata berbicara kasar atau berperilaku tidak baik asal tidak korupsi jauh lebih baik dan akan menjadi orang sukses. Cara berpikir seperti ini sudah mulai tertanan di kalangan generasi muda, sampai ke level anak SD. Sehingga tidak jarang kita mendengar anak-anak SD sudah terbiasa dengan bahasa-bahasa kasar dan perilaku negatif yang seperti telah diceritakan sebelumnya.

    Solusi yang saya berikan, sebaiknya seseorang yang akan menjadi pejabat publik seperti kepala daerah dan anggota Dewan harus mengikuti penataran sejenis P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) jaman dahulu. Setelah itu mereka harus lulus screening dan pemeriksaan fisik seperti halnya orang-orang yang ingin masuk tentara atau polisi. Hal ini perlu dilakukan jika kita ingin mempunyai generasi muda yang terpelihara mental, sikap dan perilakunya. Di alam demokrasi, memang manusia bebas melakukan apa saja, tetapi di negara yang berdasarkan pancasila kebebasan itu ada batasnya. Jangan sampai kebebasan mengorbankan masa depan bangsa.

    Penutup        
    Membuat Sekolah Dasar kembali menjadi "Taman" perlu dukungan semua pihak. Dimulai dari guru, lingkungan sekolah, orang tua siswa dan pemerintah. Belum ada kata terlambat untuk memperbaiki keadaan jika kita mulai dari sekarang. Jika tidak ada aksi nyata maka sekolah-sekolah dasar yang ada saat ini mayoritas akan menjadi hutan rimba belantara yang menghasilkan raja rimba yang memakan banyak korban. Sehingga kita hanya tinggal menunggu antrian kejadian-kejadian yang memilukan yang belum terjadi sebelumnya ketika kita duduk di bangku sekolah dasar.

    Bogor, 29 September 2015.

    Sumber : Bogor+

    Kamis, 24 September 2015

    Penjual Telor (Joke)



    Di sebuah pasar tradisional.
    Pembeli: “Mas, telornya berapa sekilo?”
    Penjual: “Telor ayam atau telor bebek?”
    Pembeli: “Telor ayam.”
    Penjual: “Telor ayam biasa atau ayam kampung?”

    Kamis, 10 September 2015

    Renungan Untuk Pendidikan Nasional : Mampukah NKRI Bertahan Hingga 29 Tahun Lagi ?

     
    Oleh : Raden Ridwan Hasan Saputra

    (Penulis adalah Wakil Ketua Korps Menwa IPB, Pendiri dan Presiden Direktur Klinik Pendidikan MIPA (KPM), juga pelatih Olimpiade Matematika Internasional) 

    Bogorplus.com – Pada awal bulan September 2015 yang menjadi trending topik media mainstream di Indonesia adalah berita dan polemik berubahnya posisi jabatan Bapak Komjen Budi Waseso dari Kabareskrim menjadi Kepala BNN. Lalu ada juga berita dan polemik berpindahnya Partai Amanat Nasional dari KMP ke KIH. Malah yang saat ini sedang hangat dibicarakan di akhir pekan adalah tentang kehadiran Ketua DPR RI Bapak Setya Novanto dan Wakil Ketua DPR RI Bapak Fadli Zon dalam acara Donald Trump (sosok yang berminat menjadi kandidat Presiden Amerika dari Partai Republik). Para pengamat banyak memberikan komentar dan analisa dengan tiga kejadian tersebut dan para pengguna sosial media pun memberikan komentar, baik komentar kecewa atau pun komentar gembira sesuai dengan taraf berpikir dan kepentingan masing-masing pengguna sosial media.

    Ada dua kejadian lain pula pada awal September 2015 ini, yang seharusnya layak menjadi trending topik dan lebih penting untuk dijadikan topik dibandingkan dengan ketiga hal yang saya sebutkan pada paragraph pendahuluan dan harus segera dicarikan solusinya. Dua kejadian di minggu lalu tersebut Pertama adalah tentang seorang bocah berumur 13 tahun di daerah Bandung, membunuh mantan kekasihnya yang masih pelajar SMP, karena masalah cemburu. Serta yang kedua, di daerah Bogor, 7 pelajar SMP yang masih kategori di bawah umur, telah “bergotong-royong” memperkosa siswi SMP yang merupakan teman sekolahnya. Kedua berita ini dan mungkin ada banyak berita lain yang berhubungan dengan rusaknya moral generasi muda kita, kadang berlalu begitu saja. Sehingga, faktanya kejadian terus berulang, samapai kepada tingkatan jenis dan bentuk kejadian-kejadian yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya akan terjadi. Sesungguhnya ini adalah masalah besar, karena menyangkut generasi muda dan menyangkut masa depan bangsa.

    Media Mainstream harus dikontrol oleh pemerintah
    Jika kita renungkan, para pemimpin negeri yang sedang manggung saat ini, yang dianggap “bermasalah” menurut banyak kalangan di dalam negeri, tentu perilaku masa kecilnya tidaklah “sebermasalah” generasi muda yang melakukan kejahatan-kejahatan di atas. Narkoba, Sex Bebas, Tawuran, Pemerkosaan/Pencabulan, bahkan Pembunuhan, yang seolah-olah kini sudah menjadi hal yang biasa di kalangan generasi muda saat ini. Hal ini menunjukan kerusakan moral yang telah terjadi saat ini, berlangsung secara masif di seluruh wilayah Indonesia serta menyentuh berbagai kalangan. Penyebaran yang masif ini diantaranya akibat pengaruh media, baik TV maupun Online. Jika kondisi ini tidak berubah, hampir bisa dipastikan nama Republik Indonesia akan hilang dari peta negara-negara di dunia, karena generasi muda Indonesia telah hancur lewat kerusakan moral.

    Mari kita renungkan, Jika masalah pada paragraf pertama menjadi trending topik, maka masyarakat hanya berperan sebagai penonton dan komentator. Tetapi jika masalah pada paragraf kedua menjadi trending topik, maka sudah seharusnya masyarakat bisa mendapat solusi, yang bisa langsung dipraktekkan untuk memastikan agar hal serupa seperti hal-hal tersebut tidak lagi terjadi. Kemampuan masyarakat untuk mencegah tindakan negatif dari generasi muda tentu akan bermanfaat bagi perbaikan negara. Seharusnya pemerintah bisa mengatur media mainstream untuk lebih mengedepankan topik atau berita yang bermanfaat, karena pendidikan akhlak generasi muda juga tanggung jawab pemerintah.

    Pendidikan Karakter Yang Melupakan Tuntunan Dan Tanpa Sosok Panutan.
    Sejak digulirkan pendidikan nasional yang berbasis karakter, yang dirasakan saat ini karakter generasi muda bukannya semakin baik, malah semakin menunjukkan karakter yang tidak jelas. Hal ini karena Pendidikan Karakter saat ini tidak menggunakan tuntunan yang jelas. Pendidikan kita sudah mulai melupakan nilai-nilai dari Empat Konsensus Dasar Bangsa yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pelajar saat ini tidak memahami nilai-nilai Empat Konsensus Dasar Bangsa tersebut, apalagi secara sistematis mempraktekkan. Hal yang menyedihkan adalah, saat ini guru-guru hanya sebagai penyampai nilai-nilai dari karakter bangsa, tanpa berusaha menjadikan dirinya sosok panutan. Hal yang lebih menyedihkan, di masyarakat kenyataan mengajarkan yang namanya karakter tidak begitu penting dalam mencapai kesuksesan. Sehingga, orang yang suka bicara kasar bisa jadi kepala daerah, orang yang bertato bisa jadi pejabat, orang yang suka mabuk-mabukan bisa jadi aparat, dan lain sebagainya. Begitu sangat permisif kondisi saat ini. Bisa jadi, inilah salah satu penyebab kegagalan pendidikan karakter di Indonesia, yaitu para pelajar kita tidak mempunyai model manusia atau sosok panutan yang bisa dijadikan contoh sebagai manusia Indonesia seutuhnya yang berkarakter Indonesia.

    Solusi yang saya tawarkan untuk pendidikan karakter mengacu pada Pancasila, Sila Pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Bentuknya adalah kita kembalikan pendidikan karakter sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Misalnya masyarakat yang beragama Islam menggunakan Al Qur’an dan Hadits Nabi sebagai tuntunan, sedangkan untuk agama lain silahkan menggunakan kitab sucinya masing-masing. Begitu juga untuk sosok panutan disesuaikan dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Di agama Islam menggunakan Nabi Muhammad SAW sebagai sosok panutan, dan di Agama lain silahkan menggunakan sosok yang ada di agamanya masing-masing. Sosok panutan itu penting karena ini yang akan dicapai sebagai target pendidikan karakter. Oleh karena itu penambahan jam pelajaran agama dan sejarah harus segera di lakukan. Penambahan jam pelajaran sejarah perlu ditambah, karena sosok panutan itu pasti terkait sejarah.

    Perlunya Mengkaji Ulang Semboyan Tut Wuri Handyani
    Ing Ngarso Sun Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani (Di depan memberi teladan, di tengah memberi bimbingan, di belakang memberi dorongan). Sepertinya, banyak pendidik yang lupa akan semboyan ini. semboyan yang dibuat oleh Ki Hajar Dewantara, Menteri pendidikan Pertama dan juga pendiri sekolah Taman Siswa.
     
    Sebelum masa kemerdekaan ada dua lembaga pendidikan yang memperjuangkan warga pribumi. Lembaga pendidikan tersebut adalah sekolah Muhammadiyah dan Pondok Pesantren yang berbasis Nahdlatul Ulama. Kita harus mengakui jika lembaga pendidikan yang berbasis Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama saat ini ternyata jauh lebih berkembang dari sisi kualitas maupun kuantitas dibandingkan sekolah Taman Siswa yang didirikan Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau Ki Hajar Dewantara. Oleh karena itu perlu kiranya secara jujur kita harus mengakui bahwa ada filosofis atau semboyan yang bagus dari lembaga pendidikan di bawah organisasi yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim As’ari.

    Agar pendidikan nasional Indonesia lebih baik, selain kembali diingatkan makna dari semboyan pendidikan Ki Hajar Dewantara, tidak ada salahnya kita menambahkan filosofis atau semboyan Pendidikan Nasional Indonesia dengan filosofis yang ada di sekolah Muhammadiyah, Pesantren berbasis NU atau sekolah Katolik yang berumur lebih dari 100 tahun, ataupun sekolah ajaran agama lainnya yang sudah cukup tua usia dan pengalamannya. Sehingga, pendidikan nasional menjadi lebih baik karena menggunakan filosofis sekolah-sekolah yang terbukti memperbaiki zaman. Di Republik Indonesia ini, kita tidak boleh mengubah empat Konsensus Dasar Bangsa (Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI), tetapi tidak ada larangan jika kita menambahkan filosofis atau semboyan Pendidikan Nasional, tidak hanya Tut Wuri Handayani. Karena telah terbukti ada banyak lembaga pendidikan yang didirikan oleh Pribumi yang mampu bertahan dan berkembang sampai sekarang yang patut dijadikan contoh juga. Selain itu sesungguhnya pun, sebagai falsafah Tut Wuri Handayani, tidak dapat berdiri sendiri. Ia harus bersatu-padu sebagai satu kesatuan yang utuh dan tidak terpisahkan dengan Ing Ngarso Sun Tulodho dan Ing Madyo Mangun Karso. Sehingga, akan sangat ideal ketika semboyan yang merupakan filosofis pendidikan nasional adalah perpaduan antara filosofis yang ada di sekolah Muhammadiyah, Pesantren berbasis NU atau sekolah Katolik yang berumur lebih dari 100 tahun, ataupun sekolah ajaran agama lainnya yang sudah cukup tua usia dan pengalamannya dengan Ing Ngarso Sun Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani.

    Pendidikan jangan diotonomi daerahkan tapi tetap ada muatan lokal
    Setelah pendidikan dimasukkan ke dalam era otonomi daerah banyak kemunduran yang terjadi dalam pendidikan nasional. Efek yang terasa dan menjadi awal mula dari kemunduran pendidikan nasional adalah yang menjadi kepala dinas di wilayah provinsi atau kota/kabuten biasanya adalah tim sukses dari kepala daerah tersebut, atau minimal pihak lain yang masih diakui sebagai pihak yang tidak bertentangan dengan kekuasaan yang berlaku. Sehingga, tidak jarang orang yang tidak menguasai masalah pendidikan menjadi Kepala Dinas. Akibatnya banyak program dari pusat menjadi terhambat karena ketidaktahuan kepala dinas dan perekrutan Pendidik dan Tenaga Pendidikan di daerah yang terkadang syarat KKN. Hal ini mengakibatkan semakin menurunnya kualitas pendidikan di daerah sehingga berefek pada menurunnya kualitas Pendidikan Nasional. Kondisinya sudah darurat untuk mengembalikan birokrasi pendidikan kepada Pemerintah Pusat sebagaimana sistem pada TNI-POLRI, jika negeri ini tidak ingin hancur. Ketika sudah dikembalikan ke pusat, pendidikan nasional ini jangan melupakan muatan lokal yang terkait seni budaya, kearifan dan potensi daerah.

    Pendidikan jangan gratis tetapi seikhlasnya
    Pendidikan gratis yang saat ini dibuat pemerintah tidak sepenuhnya berdampak positif. Ada sisi lain yang kurang pas yang dirasakan oleh guru, yaitu terhambatnya kreativitas para guru dalam pengembangan sekolah. Hal ini karena makna sekolah gratis menyebabkan adanya larangan tidak boleh memungut uang dari orang tua siswa sehingga ada protes dari orang tua kalau pihak sekolah memungut uang dari orang tua siswa untuk suatu kegiatan. Padahal ada kegiatan-kegiatan yang tidak tercover oleh dana bantuan dari pemerintah dan kegiatan tersebut penting buat pengembangan peserta didik.

    Saya melihat pendidikan gratis kurang tepat diterapkan. Saya lebih memilih pendidikan menerapkan sistem bayaran seikhlasnya, sesuai kemampuan orang tua siswa. Bagi orang kaya membayar mahal, bagi yag tidak mampu bisa membayar kecil atau gratis. Pendidikan rakyat Indonesia tidak hanya kepentingan negara tetapi juga kepentingan orang tua siswa sebagai keluarga. Sistem pembayaran seikhlasnyanya membudayakan kembali budaya Gotong Royong karenapendidikan adalah kepentingan bersama. Manfaat dari sistem pembayaran seikhlasnya adalah guru tidak ragu lagi untuk berkreasi dalam rangka pengembangan kualitas siswa. Hal yang sangat penting jika dilihat dari sudut sebagai negara, dengan sistem bayaran seikhlasnya akan ada partisipasi masyarakat dalam mendanai pendidikan. Alokasi dana untuk pendidikan bisa berkurang dan dana yang harusnya ke pendidikan digunakan untuk sektor lain seperti kesehatan, infrastruktur dan pertahanan. Khusus untuk pertahanan, jika dananya cukup maka Tentara Nasional Indonesia bisa segara memenuhi Minimum Essensial Force dan memperbaiki kesejahteraan prajurit. Sehingga negara kita akan menjadi negara yang disegani ketika tentaranya kuat dan mempunyai alutsista yang modern.

    Guru di sekolah adalah generasi terbaik bangsa ini
    Berkaca pada negara Finlandia yang dikenal sebagai negara yang termasuk terbaik pendidikannya di dunia, ternyata rahasianya adalah yang menjadi guru di Finlandia adalah orang-orang yang masuk rangking sepuluh besar ketika mereka bersekolah di level SMA. Selanjutnya ketika mereka kuliah di bidang pendidikan orang-orang yang masuk rangking papan atas yang mendapat prioritas menjadi guru. Hal ini sangat sulit sekali terjadi di Indonesia, tetapi hal itu tidak akan pernah terjadi jika kita tidak akan pernah memulainya.

    Saran saya adalah pemerintah membuat sekolah unggulan di tiap daerah (yang dulu bernama RSBI), gedung sekolahnya tetap sama tetapi gurunya yang berbeda. Guru dari sekolah ini diambil dari orang-orang terbaik di perguruan tinggi top Indonesia dan tidak harus jurusan di bidang pendidikan, asal mereka termasuk orang-orang pintar di generasinya. Guru-guru ini diberikan gaji yang cukup sehingga mereka meminati profesi guru. Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah karena rendahnya gaji guru sehingga anak-anak SMA yang pintar di negeri ini enggan untuk kuliah di Perguruan Tinggi yang berbasis Pendidikan karena rata-rata mereka tidak berminat menjadi guru. Secara bertahap pemerintah menambah jumlah sekolah unggulan ditiap daerah dengan tentunya penambahan guru berkualitas, sehingga dengan banyaknya guru yang pensiun lambat laun semua sekolah di Indonesia akan jadi sekolah unggulan karena guru-gurunya orang-orang terpintar di generasinya. Program ini akan lancar jika pendidikan menggunakan Sistem Gotong Royong, dimana orang tua terlibat dalam pembiayaan pendidikan dan cara yang digunakan adalah bayaran seikhlasnya.

    Menteri Pendidikan harus pejabat karir
    Dalam dunia Pendidikan di indonesia ada istilah ganti menteri, maka akan ganti kurikulum. Hal ini akan menimbulkan dampak yang kurang baik bagi pendidikan di Indonesia, sehingga belum tuntas para guru memahami kurikulum yang diajarkan, para guru harus memahami kurikulum baru karena menteri yang menginginkan ada kurikulum baru. Agar hal tersebut tidak terjadi maka menteri pendidikan haruslah pejabat karir di kementerian pendidikan, sehingga menteri yang baru hanya tinggal melanjutkan program-program menteri lama sesuai dengan amanat Undang-Undang. Jika hal ini dilakukan perubahan kurikulum tidak akan sering terjadi karena menteri yang baru akan pada program-program lain yang lebih penting. Hal yang sangat perlu segera dilakukan, Kementerian Pendidikan harus mengundang kader-kader terbaik di daerah untuk bisa bekerja di pusat, sehingga proses regenerasi di kementerian Pendidikan bisa berjalan lancar. Sehingga kementerian pendidikan tidak kekurangan calon menteri pendidikan yang handal.

    Pendidikan nasional bukan hanya tanggung jawab kementerian pendidikan
    Pendidikan nasional harus menjadi tanggung jawab semua kementerian dan kementerian pendidikan sebagai ujung tombaknya. Oleh karena itu harus ada peran berbagai kementerian dalam rangka mempersiapkan generasi muda Indonesia menjadi lebih baik. Oleh karena itu harus ada jadwal dari berbagai kementerian ke sekolah untuk melakukan penyuluhan mengenai hal-hal yang berguna bagi siswa. Misalnya dari kementerian kesehatan melakukan penyuluhan bagaimana menjaga kesehatan diri dan lingkungan, dari kepolisian untuk mengajarkan tertib berlalu lintas, dari TNI mengajarkan bela negara, dari kementerian Hukum dan Ham bagaimana agar taat hukum dll.

    Perlunya semua warga negara mendapatkan Pendidikan Militer
    Pendidikan militer (dalam konteks Bela Negara) sangat baik untuk menanamkan rasa cinta tanah air dan semangat bela negara serta memperbaiki kondisi fisik generasi muda. Di pendidikan militer ini bisa ditanamkan kembali budaya bangsa yang mulai luntur seperti Gotong Royong, toleransi antar umat beragama dll. Di Pendidikan militer bisa ditanamkan pada generasi muda untuk menghindari hal-hal yang bisa mengakibatkan kerusakan moral seperti Narkoba, Sex Bebas dan tawuran. Pendidikan militer bisa dilakukan selama 1 bulan setelah anak lulus SMA. Pendidikan militer ini bisa menjadi persyaratan untuk kuliah atau untuk mencari pekerjaan. Dulu indonesia ditakuti negara lain, karena jika Indonesia diserang maka seluruh rakyat akan melawan, tapi saat ini saya tidak yakin kalau Indonesia diserang rakyat akan bantu melawan.

    Rezeki haram membuat anak sulit di atur.

    Untuk membentuk suatu generasi yang baik selain diperhatikan pendidikan juga perlu diperhatikan apa yang dimakannya. Apakah makanan yang dimakannya bergizi atau tidak? apakah cara mendapatkan makananya halal atau tidak. Masalah cara mendapatkan makananya halal atau tidak, biasanya kurang diperhatikan oleh orang tua. Padahal makanan yang diperoleh dengan cara yang tidak halal akan berakibat tidak baik bagi kesehatan tubuh dan kesehatan psikis. Banyak contoh di sekeliling kita, orang-orang yang terindikasi memperoleh harta dengan cara-cara yang tidak halal, misalnya melalui korupsi, mencuri, rentenir dan sebagainya, biasanya anak-anaknya tidak menjadi manusia-manusia yang sukses. Hal ini karena ketika cara mendapatkan makanannya tidak halal maka tidak berkah, ketika tidak ada keberkahan maka sulit manusia mendapatkan kesuksesan. Sebagai pengelola negara, pemerintah wajib mencegah warga negara mendapatkan rezeki tidak halal. Oleh karena itu pemerintah harus mencegah terjadi berbagai kejahatan seperti korupsi, pencurian, penggelapan, pencucian uang, dan seluruh kejahatan yang terkait dengan uang dan ekonomi. Hal yang tidak kalah pentingnya pemerintah harus menghilangkan Riba. Oleh karena itu perbanyaklah transaksi di bank yang tidak memakai sistem riba yaitu Bank Syariah.
     
    Analisa kenapa umur NKRI dapat berkurang hingga tinggal 29 tahun lagi
    Analisa ini bukanlah perkiraan dukun, mistis, maupun berurusan dengan rahasia langit. Analisa ini adalah penilaian secara matematis terhadap fenomena rusaknya generasi muda, yang merupakan gejala dari akan hancurnya NKRI. Alasan kenapa umur NKRI kurang dari 29 tahun lagi adalah dari analisa melihat perkembangan kerusakan generasi muda saat ini. Indonesia akan hilang jika dua generasinya rusak. Jika asumsi satu generasi 25 tahun maka Indonesia akan hancur dalam waktu 50 tahun. Kapan batas awal dari 50 tahun tersebut? saya melihat Indonesia mulai rusak ketika digulirkannya otonomi daerah di tahun 2000. Di tahun itu, saya mengasumsikan ada generasi muda yang awal masuk sekolah, yang sudah mulai tidak kenal empat konsensus dasar bangsa dan sudah mulai melupakan karakter bangsa. Jika asumsi siswa masuk umur 6 tahun maka rata-rata mereka lahir di tahun 1994. Maka tahun awalnya generasi tersebut adalah 1994. Jika 1994 ditambah 50 maka diperoleh tahun 2044. Jika diasumsikan tahun 2044 Indonesia hancur. Jika dihitung dari tahun 2015 maka umur NKRI tidak akan lebih dari 29 tahun lagi.

    Tulisan ini saya buat agar kita bisa mencegah hal itu terjadi supaya umur NKRI bisa lebih panjang. Saya berharap ide-ide perbaikan pendidikan generasi muda yang dituliskan ini bisa diperhatikan oleh para pemangku kepentingan, agar Indonesia bisa menjadi jauh lebih baik, yaitu supaya prediksi / keraguan saya seperti judul di atas tidak terjadi. Umur adalah kewenangan Allah, Tuhan Maha Kuasa dan Maha Pencipta, tetapi sebagai hamba Nya, bangsa ini wajib berusaha dan berdo’a agar umur NKRI adalah umur panjang dan unur yang Barak Allah.

    Jika diberi umur panjang saya ingin merayakan HUT RI yang ke-100, dan perayaan HUT RI seterusnya.

    Yaa Allah, aku sudah sampaikan apa yang aku tahu.

    Solo, 6 Mei 2015

    Selasa, 08 September 2015

    Danrem 084/Bhaskara Jaya Prakarsai Permainan Matematika Bela Negara


    Bogorplus.com – Komandan Resort Militer (Danrem) 084/Bhaskara Jaya, Surabaya memprakarsai sebuah permainan matematika yang dikenal dengan permainan matematika bela negara.

    Kepala Seksi Teritorial (Kasiter) Korem 084/Bhaskara Jaya, Letkol Arh. Maryono menjelaskan, permainan matematika bela negara terlahir dari ide Danrem 084/Bhaskara Jaya  Kolonel Muhammad Nur Rahmad.

    Senin, 07 September 2015

    Pameran dan Demo Keterampilan UKM Resimen Mahasiswa Kompi-A / IPB


    Resimen Mahasiswa Kompi-A / IPB melakukan pameran dan unjuk kebolehan dengan demonstrasi Bongkar Pasang Senapan SS1 dan Aktraksi Lempar Pisau.  Kegiatan ini dilakukan pada kegiatan pengenalan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) IPB pada acara Masa Perkenalan Mahasiswa Baru (MPKMB) bagi mahasiswa program Sarjana angkatan 52 tanggal 5-6 September 2015.  

    Video atraksi Bongkar Pasang Senapan SS1 dan Lempar Pisau tersebut dapat dilihat di :
    https://youtu.be/4ibW0-I7W7k


    Jumat, 04 September 2015

    Prabowo Soal Penculikan Aktivis dan Soeharto


    Penulis : Uni Z. Lubis
    Sumber :  http://unilubis.com -

    Tujuh belas tahun setelah reformasi, kasus hilangnya 13 aktivis masih misteri. Yang dituduh, pernah melenggang bebas jadi cawapres dan capres. Benarkah Prabowo jalan sendiri?



    Prabowo Subianto saat mengabdi sebagai prajurit TNI. (Sumber foto: Facebook Prabowo Subianto)

    Hari ini, 30 Agustus, dunia memperingati Hari Orang Hilang. Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) memperingatinya dengan mengingatkan kembali utang negara dan pemerintah atas kasus hilangnya 13 aktivis pro reformasi, pada tahun 1998.

    Kamis, 03 September 2015

    Sandi dalam Komunikasi Radio




    SANDI ANGKA
    1-1 : Hubungi per telepon
    1-4 : Ingin bicara diudara (langsung)
    3-3 : Penerimaan sangat jelek
    3-3L : Kecelakaan korban luka
    3-3M : Kecelakaan korban material
    3-3K : Kecelakaan korban meninggal
    3-3KA : Kecelakaan kereta api
    3-4-K : Kecelakaan, korban meninggal, pelaku melarikandiri
    4-4 : Penerimaan kurang jelas
    5-5 : Penerimaan baik/sehat

    Album Menwa IPB 6


    Album Kenangan Menwa IPB 6


    Foto 127. Para Casis Menwa IPB siap mengikuti Diklatsarmil di Dodik Belanegara, Cikole -Lembang


    Foto 128. Foto selepas upacara di Lapangan Rektorat IPB, ki-ka : Komandan Batalyon VII/SK Mahesa Yodhabrata, Rektor IPB Prof. Dr. Hery Suhardiyanto, M.Sc dan Komandan Menwa IPB tahun 2009 Rahmat Suheri Lubis


    Foto 129. Siswi Indira terharu akhirnya berhasil menyelesaikan pendidikan walaupun dengan kaki lecet-lecet.
     

    Rabu, 02 September 2015

    Strategi Menyelesaikan Masalah Ekonomi Indonesia Menurut Orang Awam


    Penulis : Raden Ridwan Hasan Saputra

    Bogorplus.com – Tulisan ini adalah pendapat pribadi saya sebagai orang awam dalam memikirkan penyelesaian masalah ekonomi yang ada di Indonesia. Jadi mohon maaf jika bapak dan ibu yang membaca tidak berkenan dengan apa yang saya tulis. Banyak hal dalam tulisan saya ini sepertinya tidak mungkin. Walaupun menurut saya mungkin, hanya kita belum menemukan pemimpin yang tepat dan berani untuk melakukannya. Semoga tulisan ini bisa menjadi tambahan pengetahuan bapak dan ibu semua.

    Perlu adanya permainan yang menjadi lawan dari Permainan Monopoli
    Waktu kecil mungkin kita pernah bermain Monopoli. Dalam permainan ini setiap pemain diberi modal beberapa lembar uang kertas dengan nilai yang berbeda yang menunjukan nilai dari uang kertas tersebut.
    Jika kita perhatikan biaya membuat uang kertas tersebut sama tetapi karena tulisan bilangan yang tertera di kertas tersebut berbeda maka nilai uang kertas tersebut menjadi berbeda. Jika kita renungkan kehidupan di bidang ekonomi kita saat ini, persis seperti bermain Monopoli.

    Selasa, 01 September 2015

    Gerakan Indonesia Berbagi (Gotong Royong), Strategi Menyelesaikan Bentrokan Anggota TNI-POLRI


    Sumber : Bogorplus

    Latar Belakang

    Saat ini banyak diberitakan bentrokan antara anggota TNI dengan anggota POLRI seperti kasus di Makasar dan Semarang, ada juga bentrokan antara anggota TNI AD dengan anggota TNI AU seperti kasus di Solo, dan ada juga bentrokan antara anggota POLRI dimana anggota Brimob menyerang Sabhara seperti kasus  di Semarang. Bentrokan ini sudah ada sejak dahulu khususnya antara TNI-POLRI tetapi  selalu terjadi kembali dan sangat mungkin terjadi kembali sebelum ditemukan solusi yang tepat.

    Sabtu, 29 Agustus 2015

    Demo Ketangkasan Bongkar Pasang Senapan SS1



    Resimen Mahasiswa Kompi-A / IPB unjuk kebolehan dengan demo ketangkasan bongkar pasang Senapan SS1 dalam Masa perkenalan Mahasiswa Baru  (MPKMB) untuk mahasiswa baru  Diploma IPB tanggal 29 Agustus 2015 di Kampus IPB Baranangsiang - Bogor.  Dalam kesempatan ini setiap Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) hanya diberi kesempatan 1 menit untuk unjuk kebolehan masing-masing UKM.  Sebagai komponen Cadangan Nasional, maka maka keterampilan bongkar pasang senjata merupakan salah satu keterampilan yang harus dimiliki setiap anggota Resimen Mahasiswa.  

    Bravo Menwa IPB !
    Widya Castrena Dharma Siddha... !

    Saksikan demo via youtbe di https://www.youtube.com/watch?v=1SImVNepf1A

    Ratih, Eko dan Mifta memperagakan ketangkasan bongkar pasang senjata

    Suasana Masa Perkenalan Mahasiswa Baru (MPKMB) IPB untuk mahasiswa Diploma IPB

     Suasana Masa Perkenalan Mahasiswa Baru (MPKMB) IPB untuk mahasiswa Diploma IPB

     Bersama staf Kompi-A/IPB dan para pembina dari Yonif 315/Garuda - Bogor


    Rabu, 26 Agustus 2015

    Daftar Nama Komandan Menwa Kompi-A / IPB


    Berikut daftar nama Komandan / Wakil Komandan Menwa Kompi-A /IPB :



    No
    Periode
    Komandan
    Wakil Komandan
    1
    … – 1980
    Dharma Setiawan
    Akmadi Abbas
    2
    1980-1981
    Surono
    K. E. Waspodo
    3
    1981-1982
    Sumardjo
    4
    1982-1984
    Endroyono

    5
    1984– …
    Aditya Laksamana Y.
    6
    Mario Aryanto
    Jozarki Taruna Johor
    7
    … – 988
    FX. Wibowo
    Irmayanti
    8
    1988– …
    Ismail Saefuddin
    Dasa Iskandar Ogo
    9
    … –1991
    Tb. Firman Atmakusuma
    Yodfiatfinda Piliang
    10
    1991-1993
    M. Yakob Ishadamy
    Djedje Sutedja / Iwan Setiawan
    11
    1993–1994
    Iwan Setiawan
    Agung Ajar Sudrajat
    12
    1994-1994
    Yudha Surya Nugraha
    Ahmad Fauzie
    13
    1994-1995
    Drama Panca Putra
    Yudi Wahyudin
    14
    1995-1997
    Yudi Wahyudin
    Aji Jumiono
    15
    1997- 1998
    Aji Jumiono
    Nasir M. Daud
    16
    1998–1999
    Wiyoto
    Mufti Mubarak Ahmad

    1999–2000
    Roni Fitrianto
    Iron Maria Edi
    18
    2000–2001
    Adi Nugroho
    Muhibullah
    19
    2001–2002
    Ekky Setiawan
    Yudha Arga Pratama
    20
    2002–2003
    Aftris S. Lubis
    Endin Nurdin
    21
    2003–2004
    M. Agung Nugroho
    Wahyu Gendam Prakoso
    22
    2004–2005
    Fahmi Nurzaman
    Dewi Erie Agustina Kusnan
    23
    2005–2006
    Budi Priyanto
    M.Arif Margolang
    24
    2006–2007
    Mohammad Ramli
    Sapto Agung Kurniawan / Joko Mulyo Ichtiarso
    25
    2008–2009
    Mahesa Yodhabrata
    Priyo Puji Nugroho
    26
    2009–2009
    Muhammad Suheri Lubis
    Febrianto Sitorus
    27
    2010–2011
    Anto
    Novi
    28
    2011–2012
    Affan Iqbal
    Muhammad Afif Faiz
    29
    2012–2013
    Imran Sukri Sinaga
    Mansur S
    30
    2013–2014
    Wasis Tiarianto
    Nurahman
    31
    2014–2015
    Akrom Effendi
    Dodi Wibowo
    32
    2015–2016
    Dzulfikar Malik
    Iqnas Nanda Saputra